Jika Syekh Ismâ‘îl al-Haḍramî memiliki karomah bisa menahan matahari agar tidak terbenam (lihat Nasrullah Ainul Yaqin, Karomah Syekh Ismail al-Hadhrami yang Bisa Menahan Matahari), maka keagungan akhlak Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib as. mampu menahan matahari agar tidak terbit. Kisah agung berikut ini disebutkan oleh Syekh Muḥammad bin Abî Bakr (al-Mawâ‘iẓ al-‘Uṣfûriyyah, hlm. 3-4), Syekh Muḥammad Nawawî al-Jâwî (Qâmi‘ aṭ-Ṭugyân ‘alâ Manẓûmah Syu‘ab al-Ȋmân, bagian ke-75 tentang Tawqîr al-Kabîr wa Raḥmah aṣ-Ṣagîr, hlm. 53-54), dan Habib Zein bin Smith (al-Fawâ’id al-Mukhtârah, 2008: 71).
Disebutkan bahwa Sayyidina ‘Ali as. pernah terburu-buru menuju masjid agar bisa salat berjemaah Subuh bersama Rasulullah saw. dan para sahabat yang lain. Namun, di tengah perjalanan beliau bertemu seorang lelaki tua yang berjalan dengan santai dan tenang. Meskipun dalam kondisi terburu-buru, tetapi Sayyidina ‘Ali as. enggan mendahului lelaki tua itu karena menghormati ketuaannya. Sementara matahari akan segera terbit saking santainya lelaki tua itu berjalan.
Ketika sampai di masjid, lelaki tua itu tidak masuk ke dalam masjid. Sayyidina ‘Ali as. paham bahwa lelaki tua itu adalah orang Nasrani (Kristen), dan beliau lantas masuk ke dalam masjid dan menjumpai Rasulullah saw. sedang rukuk. Dalam hal ini, Rasulullah saw. memperlama rukuknya sekitar dua rukuk sehingga Sayyidina ‘Ali as. bisa bermakmum.
Setelah selesai salat Subuh, Sayyidina Ali as. bertanya mengapa Rasulullah saw. memperlama rukuknya. Sebab, Rasulullah saw. tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya. Rasulullah saw. menjawab bahwa ketika beliau hendak iktidal setelah membaca subḥâna rabbiyal ‘aẓîmi di waktu rukuk tiba-tiba malaikat Jibril as. menaruh sayapnya ke punggung Rasulullah saw. beberapa lama. Rasulullah saw. kemudian mengangkat kepalanya (iktidal) setelah malaikat Jibril as. mengangkat sayapnya.
Para sahabat bertanya mengapa malaikat Jibril as. melakukan hal itu. Rasulullah saw. menjawab bahwa beliau belum sempat bertanya kepada malaikat Jibril mengenai hal itu. Malaikat Jibril as. kemudian datang dan menjelaskan kepada Rasulullah saw. bahwa Sayyidina ‘Ali as. sedang terburu-buru ke masjid untuk melaksanakan salat Subuh berjemaah.
Namun, di tengah perjalanan Sayyidina ‘Ali as. bertemu lelaki tua yang beragama Nasrani, dan beliau tidak tahu kalau lelaki tua itu adalah seorang Nasrani. Dalam kondisi seperti ini, beliau tetap menghormati lelaki tua itu karena ketuaannya. Oleh karena itu, beliau menjaga hak lelaki tua itu (yaitu sebagai orang tua yang harus dihormati) dan tidak mendahuluinya.
Akhirnya, Allah menyuruh malaikat Jibril as. untuk menahan rukuk Rasulullah saw. sehingga Sayyidina ‘Ali as. bisa bermakmum. Hal ini bukan perkara aneh dan mustahil karena di sisi lain Allah menyuruh malaikat Mikail as. untuk menahan matahari dengan sayapnya agar tidak terbit dahulu. Semua ini dilakukan semata-mata karena menghormati Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib as. yang telah menghormati orang tua meskipun seorang Nasrani. Wallâhu A‘lam wa A‘lâ wa Aḥkam…