Sungkemkiai.com
kirim tulisan
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
No Result
View All Result
Sungkemkiai.com
No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
Home Kolom

Memaknai Ajaran dan Hikmah Larangan Marah dalam Islam

Rahmadiah Nur Ramadhani Oleh Rahmadiah Nur Ramadhani
18 Juli 2024
A A
Memaknai Ajaran dan Hikmah Larangan Marah dalam Islam

Ilustrasi: Memaknai Ajaran dan Hikmah Larangan Marah dalam Islam (iStock)

Marah adalah salah satu emosi dasar manusia yang sering kali muncul dalam berbagai situasi. Namun, dalam Islam, marah sering dianggap sebagai emosi yang perlu dikendalikan. Mengapa demikian? Dan bagaimana dalam Islam dan tanggapannya terkait seorang yang mudah marah?

Marah yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Islam, sebagai agama yang mengajarkan kedamaian dan keseimbangan, memberikan perhatian khusus pada pengendalian emosi, termasuk marah. Kemudian Islam menekankan seseorang untuk tidak mudah marah dan emosi. 

“Jangan kamu marah, maka bagimu Surga.” (HR Ath-Thabrani). 

Ketegasan dalam larangan untuk tidak membiarkan amarah menguasai hati tidak hanya sebagai bentuk kendali diri, melainkan juga sebagai kunci untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Ajaran Islam Tentang Mengendalikan Marah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, memberikan banyak panduan tentang bagaimana umat Muslim harus mengendalikan emosi mereka, termasuk marah. Salah satu ayat yang paling terkenal tentang mengendalikan marah adalah:

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)

Ayat ini menekankan bahwa menahan amarah adalah tindakan yang disukai oleh Allah dan merupakan bagian dari berbuat kebajikan. Allah menghargai mereka yang mampu menahan amarah dan memaafkan orang lain, menunjukkan bahwa kontrol diri adalah bagian integral dari akhlak seorang Muslim.

Selain itu, ada banyak ayat lain yang mengajarkan pentingnya kesabaran dan pengendalian diri. Misalnya, dalam surat Al-Furqan, Allah berfirman:

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al-Furqan: 63)

Ayat ini mengajarkan bahwa seorang Muslim harus tetap tenang dan berbicara dengan baik bahkan ketika menghadapi provokasi dari orang-orang yang jahil. Ini adalah contoh lain dari pentingnya mengendalikan marah dalam Islam.

Dampak Negatif dari Marah

Marah yang tidak terkendali dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Secara psikologis, marah yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi. Ketika seseorang marah, tubuhnya melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol, yang dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Jika marah menjadi kebiasaan, ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental jangka panjang.

Marah yang tidak terkendali juga dapat merusak hubungan sosial seseorang. Ketika seseorang marah, mereka cenderung mengatakan atau melakukan hal-hal yang dapat menyakiti orang lain. Ini dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Dalam Islam, menjaga hubungan sosial yang baik adalah sangat penting. Oleh karena itu, mengendalikan marah adalah kunci untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang harmonis dengan orang lain.

Teknik Mengendalikan Marah dalam Islam

Nabi Muhammad SAW memberikan banyak nasihat praktis tentang cara mengendalikan marah. Salah satu nasihat yang paling terkenal adalah:

“Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad)

1. Diam adalah salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan marah. Ketika seseorang diam, mereka memberi diri mereka waktu untuk tenang dan merenung sebelum berbicara atau bertindak. Ini dapat mencegah ucapan atau tindakan yang kasar yang dapat memperburuk situasi.

2. Berwudhu Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya untuk berwudhu ketika marah. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda:

“Marah itu datangnya dari syaitan, dan syaitan itu tercipta dari api. Dan api hanya bisa dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Berwudhu dengan air dapat membantu menenangkan diri dan meredakan emosi yang memuncak. Ini adalah salah satu cara praktis yang diajarkan oleh Nabi untuk mengendalikan marah. Selain itu, berwudhu juga memiliki manfaat spiritual, karena membantu seseorang untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah

3. Mengubah posisi adalah salah satu cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk mengendalikan marah. Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk. Jika dengan duduk itu marahnya belum hilang, maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Mengubah posisi dapat membantu menenangkan emosi dan meredakan kemarahan. Ketika seseorang berdiri, mereka cenderung merasa lebih agresif. Dengan duduk atau berbaring, seseorang dapat mengurangi intensitas emosi mereka dan merenung sejenak sebelum bertindak.

Hikmah di Balik Mengendalikan Marah

Mengendalikan marah adalah kunci untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang harmonis. Ketika seseorang mampu mengendalikan emosi mereka, mereka cenderung lebih baik dalam berkomunikasi dan menyelesaikan konflik. Ini dapat memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja. Dalam Islam, menjaga hubungan sosial yang baik adalah sangat penting. Mengendalikan msssarah adalah salah satu cara untuk mencapai ini, karena membantu seseorang untuk tetap tenang dan berbicara dengan bijak, bahkan dalam situasi yang menegangkan.

Mendekatkan Diri Kepada Allah

Mengendalikan marah adalah bentuk ketaatan kepada Allah dan dapat mendekatkan seseorang kepada-Nya. Dalam Islam, mengendalikan emosi adalah salah satu tanda kekuatan iman dan ketakwaan. Ketika seseorang mampu mengendalikan marah, mereka menunjukkan bahwa mereka mengutamakan ajaran Allah dan Nabi-Nya di atas emosi pribadi mereka. Selain itu, mengendalikan marah juga membantu seseorang untuk tetap tenang dan fokus dalam beribadah. Ketika seseorang tidak terjebak dalam emosi negatif, mereka dapat lebih khusyuk dalam shalat, dzikir, dan ibadah lainnya.

Mengendalikan marah juga membutuhkan latihan dan kebiasaan yang konsisten. Saat ada kejadian yang tiba-tiba membuat marah, sebaiknya kita langsung mengambil jeda beberapa detik untuk menenangkan diri. Pejamkan mata dan tarik napas yang dalam secara perlahan. Ini dapat membuat kita merasa lebih nyaman. Kemampuan untuk melakukan self-hypnosis akan sangat membantu.

Rahmadiah Nur Ramadhani

Rahmadiah Nur Ramadhani

Mahasiswi Magister Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia

POSTINGAN TERKAIT

Memahami Waria yang Dirahmati Allah dalam Karya al-Ghazali
Kolom

Memahami Waria yang Dirahmati Allah dalam Karya al-Ghazali

26 Agustus 2025
Santri membentangkan bendera Merah Putih
Kolom

Hari Kemerdekaan ke-80: Momentum Santri Menyuarakan Amanah Rakyat

17 Agustus 2025
Jernih Menilai Polemik Tambang PBNU
Kolom

Jernih Menilai Polemik Tambang PBNU

18 Juli 2025
Muat Lebih Banyak

Discussion about this post

TERBARU

Jual Alat Drumband: Membaca Kebutuhan, Menyusun Strategi, dan Membangun Keberlanjutan

Jual Alat Drumband: Membaca Kebutuhan, Menyusun Strategi, dan Membangun Keberlanjutan

1 September 2025
Memahami Waria yang Dirahmati Allah dalam Karya al-Ghazali

Memahami Waria yang Dirahmati Allah dalam Karya al-Ghazali

26 Agustus 2025
Zaid: Dari Contoh Nahwu ke Cermin Peradaban

Zaid: Dari Contoh Nahwu ke Cermin Peradaban

24 Agustus 2025
Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17

Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17

18 Agustus 2025
Santri membentangkan bendera Merah Putih

Hari Kemerdekaan ke-80: Momentum Santri Menyuarakan Amanah Rakyat

17 Agustus 2025

PILIHAN EDITOR

Bisakah Wanita Millenial Saat Ini Menjadi Mar’atus Sholihah? 

Bisakah Wanita Millenial Saat Ini Menjadi Mar’atus Sholihah? 

Oleh Iffah Sholehah Mahmud
21 Juli 2024

Biografi Gus Baha: Sosok Ahli Tafsir dan Pakar Al-Quran

Biografi Gus Baha: Sosok Ahli Tafsir dan Pakar Al-Qur’an

Oleh Redaksi
10 Juli 2023

Manaqib Datuk Abdurrahim Bauzir, Sebuah Karya Lain Sang Maestro Shalawat Badar

Manaqib Datuk Abdurrahim Bauzir, Sebuah Karya Lain Sang Maestro Shalawat Badar

Oleh Akmal Khafifudin
6 Juli 2024

Menghapus Stigma Disabilitas dengan al-Qur’an dan Sains

Menghapus Stigma Disabilitas dengan al-Qur’an dan Sains

Oleh Muqsid Mahfudz
27 Juni 2025

Resensi Buku: Markesot Mencari Kebenaran

Markesot Mencari Kebenaran

Oleh Fathur Roziqin
6 Maret 2024

  • Tentang
  • Kontak
  • Kirim Tulisan
  • Kontributor
  • Pedoman Media Siber

© 2025 sungkemkiai.com - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah

© 2025 sungkemkiai.com - All Rights Reserved.