Halo teman-teman, perkenalkan aku seorang mahasiswa semester dua. Di sini aku akan berbagi sedikit pengalaman sebuah TPQ rintisanku yang lahir karena keprihatinan sehingga tanpa banyak persiapan. Sehingga banyak hal yang harus kuusahakan dan kudoakan. Semoga ada hal positif yang dapat kalian ambil. Selamat membaca ya.
Di salah satu Dusun yang terletak di pinggiran kota Yogyakarta namun lebih dekat ke Magelang, aku merintis sebuah TPQ. TPQ ini berdiri karena melihat situasi yang sangat memprihatinkan karena dusun ini tidak ada tempat yang memfasilitasi untuk anak-anak mengaji. Di sisi lain faktor kurangnya ilmu agama menjadi pengaruh besar di lingkungan ini, sehingga pendidikan agama kurang diperhatikan.
Sangat memprihatinkan ketika anak ingin mengaji harus ke desa lain, namun itu sangat tidak efektif karena beberapa orangtua kurang mendukung dan memberi fasilitas. Sehingga beberapa anak hanya semaunya sendiri ketika mengaji, kadang berangkat dan sering tidak berangkat dan ketika sudah sampai tempat pengajian tidak mengaji hanya jajan atau bermain dengan temannya bila diketahui orangtuanya anak tersebut dimarahi setelah itu tidak boleh berangkat lagi serta banyak masalah lainnya.
Dengan segala pertimbangan yang matang untuk membantu anak-anak, aku berusaha mengadakan TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an). TPQ diadakan di rumahku setiap hari waktunya ba’da magrib. Materi yang diajarkan yaitu tartil, kitab kuning, rotib al haddad, dan hadroh. Namun karena masyarakat setempat minim ilmu agama sehingga kurang memperhatikan TPQ.
Di sana TPQ berdiri mandiri sehingga tidak mudah begitu saja, karena semua dilakukan sendiri sehingga terkendala biaya dan fasilitas. Saat itu, sebanyak 25 anak tidak mempunyai iqro’ maupun Al Qur’an sama sekali, belum ada tikar atau alas untuk mengaji, meja, dan sebagainya. Dengan modal seadanya dengan menggunakan uang tabungan karena masih mahasiswa. Yaa, walaupun kurang mencukupi. Dengan kekurangan tersebut aku membuka donasi kepada teman-teman di sosial media, alhasil ada beberapa teman yang merespon baik hingga uang terkumpul Rp.1.000.000.
Setelah TPQ berjalan 6 bulan, di Kabupaten Sleman ada kompetisi yaitu pemuda pelopor, aku berinisiatif untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dengan mengangkat tema “program-program di TPQ”. Saat itu orientasi dapat juara hanya karena hadiahnya berupa uang tunai yang fantastis karena dapat digunakan untuk kelangsungan kegiatan di TPQ. Dengan segala ikhtiar dan doa, alhamdulillah mendapat juara. Lalu uang tersebut digunakan untuk membeli gorden penyekat karena kegiatan mengaji dilakukan di ruang tamu. Lalu untuk membeli beberapa kekurangan prasarana yang lainnya.
Setelah TPQ berjalan satu tahun anak-anak menginginkan ada latihan hadroh atau rebana. Di sini pengasuh timbul keresahan karena TPQ belum mempunyai alat hadroh dan belum ada pelatihnya. Lalu TPQ pinjam rebana di mushola namun hanya ada satu seat yang isinya hanya 6 alat, padahal semua anak ingin memainkan alat. Lalu aku menyiasati agar yang anak perempuan yang vokal melantukan sholawat sedangkan untuk anak laki-laki yang mengiringi menggunakan alat rebana. Dengan alat yang minim dan pelatih dari luar hadroh berjalan dengan lancar.
Lalu berjalan beberapa bulan ibu-ibu dusun setempat ingin mengikuti latihan hadroh, timbul keresahan lagi karena alat masih kurang banyak. Bagaimanapun harus mengusahakan pengadaan alat, lalu mencari info seputar bantuan dana dari pemerintah untuk bidang keagamaan. Ternyata saat itu ada dan diarahkan oleh Dewan dan perangkat kelurahan setempat untuk mencoba memasukkan proposal ke salah satu badan di Provinsi. Dengan beberapa kali revisi proposal pengajuan bantuan setelah 3 bulan alhamdulillah TPQ mendapat bantuan senilai Rp.20.000.000. Nilai yang sangat banyak dan tidak terduga. Dengan bantuan tersebut dapat membeli empat seat alat hadroh, sound, mixer, puluhan iqro’ maupun Al Qur’an, meja panjang, dan fasilitas lainnya.
Seiring berjalannya TPQ ada beberapa kendala kecil, seperti: anak yang merasa terbebani karena belum terbiasa dengan tajwid dan makhorijul huruf yang tepat, tidak bersemangat karena sudah lelah sekolah full day, kurang mendapat dukungan orang tua karena anak tersebut dituntut untuk fokus belajar materi pelajaran saja, dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut kami mengupayakan untuk membuat pembelajaran yang se-inovatif mungkin dengan memberi mainan di dalam jeda mereka mengaji, reward, ice breaking, latihan hadroh, rutinan wisata religi, dan lain-lain. Selain itu kami mengadakan pertemuan wali santri untuk memberi pemahaman tentang pentingnya mengaji atau ilmu agama dan informasi program selama satu tahun. Dengan proses yang panjang, kini TPQ telah berjalan 2,5 tahun. Semoga Allah SWT memberi istiqomah dan berkah.
Discussion about this post