Pendahuluan – Ihsan Sebagai Puncak Kesempurnaan Ibadah
Dalam ajaran Islam, terdapat tiga pondasi utama yang membentuk kesempurnaan hidup seorang mukmin: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya saling melengkapi — iman meneguhkan keyakinan dalam hati, Islam menuntun amal lahiriah, dan ihsan menghadirkan keindahan serta kesungguhan batin dalam beribadah.
Ihsan menjadi puncak tertinggi dari perjalanan spiritual seorang hamba. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadis Jibril bahwa ihsan adalah “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya; jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari Muslim). Nilai ihsan inilah yang menjadi ruh dari QS. Al-Baqarah ayat 195:
(قوله تعالى: ﴿وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”
Jika kita baca ayat ini, maka kita akan menemukan 3 poin yang menjadi prinsip utama;
- Berinfak di jalan Allah,
- Menjaga diri dari kehancuran,
- Berbuat ihsan.
Nah, mari kita kupas satu persatu melalui penjelasan KH. M. Afifuddin Dimyathi dalam tafsirnya;
وَالْمَعْنَى: وَأَنْفِقُوا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَنَصْرِ دِينِهِ أَمْوَالَكُمْ، وَلَا تُلْقُوا أَنْفُسَكُمْ فِيمَا فِيهِ هَلَاكُكُمْ فِي دِينٍ أَوْ دُنْيَا بِسَبَبِ تَرْكِكُمُ الْجِهَادَ وَبُخْلِكُمْ عَنِ الْإِنْفَاقِ فِيهِ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى ذٰلِكَ، وَأَحْسِنُوا كُلَّ أَعْمَالِكُمْ وَأَتْقِنُوهَا، لِأَنَّهُ تَعَالَى يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَيَجْزِيهِمْ عَلَى إِحْسَانِهِمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيمِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ﴾ [الأعراف: ٥٦]. وَقَالَ تَعَالَى: ﴿لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ﴾ [يونس: ٢٦].
حَثَّ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي هٰذِهِ الْآيَةِ عَلَى الْإِحْسَانِ، وَهُوَ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعِبَادَةِ، وَهٰذَا الْحَثُّ لِمَصْلَحَةِ الْمُحْسِنِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ﴾ [الإسراء: ٧]،أَيْ إِنْ أَحْسَنتُمُ الْعَمَلَ بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ، فَقَدْ أَحْسَنتُمْ إِلَى أَنْفُسِكُمْ؛ لِأَنَّكُمْ بِالطَّاعَةِ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْكُمْ أَبْوَابَ الْخَيْرَاتِ وَالْبَرَكَاتِ، وَيَدْفَعُ عَنْكُمْ أَذَى الْمُسِيئِينَ فِي الدُّنْيَا، وَيَجْزِيكُمْ فِي الْآخِرَةِ.
Berinfak di Jalan Allah: Bukti Keimanan yang Hidup
Allah Ta’ala berfirman:
(وَأَنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ, الأية)
“Dan infaqkanlah (hartamu) di jalan Allah…”
Kemudian KH. M. Afifuddin Dimyathi dalam Tafsir Hidayatul Qur’an menjelaskan bahwa
وَالْمَعْنَى: وَأَنْفِقُوا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَنَصْرِ دِينِهِ أَمْوَالَكُمْ
Perintah ini adalah seruan bagi orang-orang beriman agar menafkahkan harta mereka untuk menolong agama Allah dan berjihad di jalan-Nya. Dari sini kita pahami bahwa infaq bukan sekadar sedekah, melainkan simbol keaktifan iman — wujud nyata kecintaan kepada Allah dan keberanian meninggalkan keterikatan dunia.
Berinfak di jalan Allah juga menjadi latihan spiritual yang membebaskan manusia dari sifat kikir. Dengan berinfaq, seorang mukmin menegaskan bahwa harta bukan tujuan, tetapi sarana untuk menegakkan kebenaran dan menebar kemaslahatan.
Menjauhi Kebinasaan Dunia dan Agama
Allah Melanjutkan redaksi Ayat-Nya dengan :
(وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ, الأية)
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.”
Menurut Kiai Afifuddin, kebinasaan dalam ayat ini mencakup dua sisi: kebinasaan duniawi dan kebinasaan agama.
وَالْمَعْنَى: وَلَا تُلْقُوا أَنْفُسَكُمْ فِيمَا فِيهِ هَلَاكُكُمْ فِي دِينٍ أَوْ دُنْيَا بِسَبَبِ تَرْكِكُمُ الْجِهَادَ وَبُخْلِكُمْ عَنِ الْإِنْفَاقِ فِيهِ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى ذٰلِكَ
Seseorang dikatakan menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran ketika ia meninggalkan jihad, enggan berinfak, atau bersikap bakhil padahal mampu.

Kikir terhadap perjuangan agama adalah bentuk kebinasaan rohani, sebab ia mematikan semangat jihad dan menghapus keberkahan hidup. Dengan demikian, menjaga diri dari “at-tahlukah” bukan hanya soal keselamatan fisik, melainkan juga keselamatan iman dan semangat beramal.
Berbuat Ihsan dalam Setiap Amal
Selanjutnya, Allah berfirman:
(وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ)
“Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Kiai Afifuddin menjelaskan;
وَأَحْسِنُوا كُلَّ أَعْمَالِكُمْ وَأَتْقِنُوهَا، لِأَنَّهُ تَعَالَى يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Bahwa ihsan berarti menyempurnakan setiap amal dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Ihsan bukan hanya “berbuat baik”, tetapi beramal dengan kesadaran batin bahwa Allah melihat setiap gerak hati.
Amal yang disertai ihsan memiliki nilai lebih di sisi Allah, sebab bukan sekadar kewajiban yang dijalankan, tetapi bentuk cinta yang dihadirkan dalam ibadah. Maka, wa ahsinu menjadi seruan agar setiap aspek kehidupan — ibadah, muamalah, perjuangan, bahkan infak — dilakukan dengan niat yang tulus dan usaha terbaik.
Cinta dan Balasan Allah bagi Orang yang Berbuat Ihsan
وَيَجْزِيهِمْ عَلَى إِحْسَانِهِمْ بِالرَّحْمَةِ وَالْجَنَّةِ وَالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيمِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ﴾ [الأعراف: ٥٦]. وَقَالَ تَعَالَى: ﴿لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ﴾ [يونس: ٢٦].
Dalam tafsirnya, Kiai Afifuddin mengutip 2 ayat lain yang menegaskan keutamaan ihsan:
- “Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. Al-A’raf: 56)
- “Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan al-husna dan ziyadah.” (QS. Yunus: 26). Berdasarkan riwayat Sahabat Anas, beliau menyebutkan bahwa “al-husna” adalah surga dan “ziyadah” adalah memandang wajah-Nya yang mulia.
Maka balasan bagi orang yang berbuat ihsan bukan hanya cinta Allah, tetapi juga rahmat, surga, dan kenikmatan memandang wajah-Nya yang mulia. Ini menunjukkan bahwa ihsan bukan sekadar akhlak mulia, melainkan maqam spiritual yang mendatangkan kedekatan dengan Allah.
Ihsan Sebagai Maqām Tertinggi dan Sumber Keberkahan Hidup
حَثَّ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى فِي هٰذِهِ الْآيَةِ عَلَى الْإِحْسَانِ، وَهُوَ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعِبَادَةِ، وَهٰذَا الْحَثُّ لِمَصْلَحَةِ الْمُحْسِنِ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَإِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ﴾ [الإسراء: ٧]،أَيْ إِنْ أَحْسَنتُمُ الْعَمَلَ بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ، فَقَدْ أَحْسَنتُمْ إِلَى أَنْفُسِكُمْ؛ لِأَنَّكُمْ بِالطَّاعَةِ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيْكُمْ أَبْوَابَ الْخَيْرَاتِ وَالْبَرَكَاتِ، وَيَدْفَعُ عَنْكُمْ أَذَى الْمُسِيئِينَ فِي الدُّنْيَا، وَيَجْزِيكُمْ فِي الْآخِرَةِ.
Kiai Afifuddin menegaskan bahwa ihsan adalah derajat tertinggi dalam ibadah. Allah memerintahkannya demi kemaslahatan hamba itu sendiri, sebagaimana firman-Nya:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ﴾ [الإسراء: ٧]
“Dan jika kamu berbuat baik, (maka) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’: 7)
Berbuat ihsan berarti memperindah ibadah dan amal sosial sehingga mendatangkan keberkahan. Dengan ihsan, Allah membuka kebaikan yang tidak bisa kita duga dari pintu mana saja ia datang.
Oleh karena itu, setiap amal yang disertai ihsan sejatinya adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya, sehingga dengan ihsan dapat menghidupkan ruh ibadah dan menjaga manusia dari kehancuran batin.
Penutup – Menghidupkan Nilai Ihsan dalam Kehidupan Modern
Ayat ini menegaskan bahwa ihsan adalah jalan keselamatan dan keindahan hidup. Dalam konteks modern, berbuat ihsan berarti bekerja dengan profesionalitas, beribadah dengan keikhlasan, serta membantu sesama dengan niat karena Allah.
Infak yang disertai ihsan melahirkan keberkahan sosial; jihad yang disertai ihsan menumbuhkan ketulusan perjuangan; dan ibadah yang disertai ihsan menumbuhkan kedekatan ruhani dengan Sang Pencipta.
Sebagaimana dijelaskan Kiai Afifuddin Dimyathi, ihsan adalah;
“وَهُوَ أَعْلَى مَرَاتِبِ الْعِبَادَةِ”
,yang artinya puncak spiritualitas Islam — maqam yang mempertemukan keindahan amal dengan ketulusan hati. Maka, siapa yang berbuat ihsan, dialah yang paling dicintai Allah.
“Berbuat ihsan bukan sekadar kebaikan kepada sesama, tetapi kesungguhan untuk menghadirkan Allah dalam setiap amal.”
Discussion about this post