Hai teman-teman, bagaimana rasanya jika berada di semester akhir dan hanya menunggu waktu sidang saja? Apakah merasa bosan? Tentu saja pernah merasakannya bukan? Perasaan itulah yang membuat kita merasa bingung. Bagaimana tidak? Ada waktu luang tapi merasa bosan, ketika jadwal padat merasa lelah. Ya begitulah kehidupan, tidak asyik apabila tidak dibumbui dengan sebuah drama.
Nah teman-teman, di sini aku akan berbagi sedikit dari pengalamanku yah. Semoga ada sisi positifnya, sehingga dapat diambil sebagai bahan motivasi. Apakah teman-teman sudah siap mendengarnya? Oke, aku mulai ceritanya ya.
Pada saat itu aku sedang berada di penghujung semester, semester tujuh. Dimana aku sudah menyelesaikan tugas akhirku dan hanya menunggu waktu untuk sidang. Kurang lebih 2-3 bulan lamanya aku menunggu. Disitulah fikiranku mulai berputar, ditambah lagi adanya dorongan dari orang terdekatku untuk memulai mencari pekerjaan, “yah… daripada rebahan aja, hitung-hitung mencari pengalaman”, katanya.
Dari dorongan itulah aku mulai mencari peluang untuk menambah pengalamanku. Di kemudian hari mulailah melamar disebuah sekolah yang sangat dekat dengan tempat tinggalku. Tanpa menunggu waktu yang lama, dipanggillah aku untuk datang ke sekolah bersama berkas lamaranku dan melakukan wawancara. Dan pada akhirnya diterimalah aku dan kemudian masuk di sekolah tersebut untuk menjadi pengajar Anak Usia Dini.
Sentak aku berfikir, “apakah bisa nanti aku beradaptasi sama mereka?”. Padahal sebelumnya pengalamanku hanya mengajar anak jenjang SD, SMP, SMA, dan belum pernah sama sekali mengajar anak AUD. Gimana ini? bisa ga ya, “dicoba saja dulu, biar tahu rasanya” sahutan ibu.
Kemudian mulailah masa observasi selama satu pekan, apa saja yang dilakukan? Tentunya mengamati proses pembelajaran mereka dari awal hingga akhir. “Ngajar di sini enak kok mbak, mungkin nanti khusus anak baru saja yang memang membutuhkan perhatian lebih, ya menemani BAK, BAB, mandi bagi yang fullday saja”, tutur ibu kepala sekolahnya.
Mendengar hal itu, aku pun hanya membuang nafas dan bermodal yakin. Bismillah… Bagaimana tidak kaget teman-teman? Aku pun belum pernah berinteraksi dengan AUD, apalagi menjadi seorang ibu. Anggap saja pengalaman itu menjadi masa pelatihan dan persiapan sebelum memutuskan untuk hidup berkeluarga.
Beberapa waktu telah berlalu, apa yang didapat selama menjadi pengajar di sekolah AUD? Tentuya mendapat banyak pengalaman yang sangat berharga, seperti belajar membuat rancangan pembelajaran AUD, penilaian harian hingga membuat rapot mereka, yang memang belum dipelajari sebelumnya.
Selain menyangkut pembelajaran, ada banyak pengalaman yang didapat dalam acara-acara yang diselenggarakan sekolah, seperti menjadi pendongeng anak-anak, menjadi MC dalam acara sekolah, menjadi pembaca Kalam Ilahi, menjadi pendamping dalam berbagai perlombaan, dan sebagainya.
Bagaimana rasanya mengajar AUD? Tentunya mudah dalam hal materi, hanya saja membutuhkan berbagai ide dan kreatifitas untuk mengisi kegiatan bermain, menyiapkan seribu cara untuk mengkondisikan anak-anak di dalam kelas, selain juga harus bisa memahami masing-masing karakter anak, karena mereka berbeda dan setiap dari mereka memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Apakah merasa betah menjadi pengajar di sekolah AUD itu? Tentu iya, betah, karena anak-anak selalu menyapa, bertanya, bahkan terkadang suka memelukku dari belakang, mereka itu anak-anak yang baik dan ceria. Selain itu, di sekolah dikelilingi beberapa pengajar yang memang sudah seperti keluarga. Bagaimana tidak, beliau-beliau selalu bahu-membahu saling membantu demi berjayanya sekolah: saling mengingatkan, saling memberi, yang terpenting itu beliau merupakan orang-orang yang baik. Semoga selalu dilancarkan rezekinya, diberi kesehatan dan diberi umur panjang.
Nah teman-teman, perlu kalian ketahui, bahwa atmosfer kelas itu terbentuk berdasarkan hubungan antara pengajar dengan anak-anak. Akan dibawa kemana arahnya? Keceriaan atau ketegangan? Pengelolaan emosi itu menjadi hal penting agar nantinya pengajar dapat berinteraksi baik dengan anak-anak.
Bagaimana caranya? Pertama, mengajarlah dengan hati yang ikhlas. Kedua, mengajarlah dengan mengikuti karakter anak (jadilah seperti mereka). Ketiga, mengajarlah dengan mengikuti tahapan perkembangan anak. Keempat, berilah mereka pendampingan saat bermain hingga belajar. Kelima, ikutlah saat mereka bermain. Dengan begitu, anak tidak akan merasa sendiri dan selalu merasa diperhatikan dan diperlakukan dengan baik. Bagaimana menurut teman-teman?
Walaupun hanya berposisi sebagai guru pengganti, dan mungkin sewaktu-waktu akan tergantikan juga, aku akan tetap melangkah maju dengan beberapa pengalaman yang ada. Apakah nantinya akan merasa kangen? Tentu iya, dengan pengajar lain dan khususnya dengan anak-anak. Aku akan merasa kangen dengan mereka yang selalu bertanya, bertengkar, mengoceh, berlarian, bahkan melakukan hal-hal random yang spontan adanya.
Yang pada awalnya merasa tidak yakin untuk menjadi pengajar AUD, namun pada akhirnya aku merasa betah dan senang sehingga tidak menyadari bahwa aku tumbuh bersama mereka. Selama satu tahun lebih, dimulai pada bulan Januari 2023 (semester 7) hingga pada saat ini (semester 2 program magister), alhamdulillah dapat merasakan sebuah kesempatan yang berharga ini, tetap mengajar di sela-sela waktu kuliah. Walaupun jurusan dengan pekerjaan bisa dibilang sejalan atau tidak sejalan.
Semoga nantinya mereka ingat denganku sebagai pengajarnya dulu. Begitulah sedikit cerita dari pengalamanku teman-teman, semangatlah dalam mengejar apa yang diinginkan, tetaplah memperbanyak pengalaman dan relasi karena suatu saat akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Terimakasih bagi teman-teman yang sudah berusaha dan bertahan sejauh ini.
Ditunggu cerita teman-teman di kolom komentar ya…