Lebaran telah usai, tapi atmosfirnya tak kunjung lepas dalam ingatan, adalah silaturrahmi, ia merepukan ciri bahkan esensi dari hari raya itu sendiri.
Sejak beberapa abad silam Al Qur’an telah memerintahkan umat manusia untuk senantiasa menjaga hubungan kekeluargaan dimaksud. Hal ini sebagaimana dalam surat An Nisa’ ayat pertama:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (QS. An Nisa’ :1)
عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لَهَا: «إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ(١)
“Silaturrahim, berakhlak mulia, dan berbuat baik pada tetangga dapat memakmurkan tempat tinggal dan menjadikan hidup berkah “. (HR. Ahmad)
Ada kerancauan paham yang dialami masyarakat kita, diantaranya adalah anggapan bahwa silaturrahim sama dengan membalas kunjungan, sekurang2nya berharap kunjungan akan dibalas.
Silaturrahim sendiri secara literal memilik arti menyambung. Menyambung yang sudah putus ataupun mengeratkan yang hampir putus.
Memaknai silaturrahim dengan “saling mengunjungi” adalah kurang tapat. Pasalnya, Nabi bersabda:
عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.»(٢)
“Silaturrahmi bukan berarti membalas kunjungan, sebenar-benarnya silaturrahmi adalah menyambung ikatan yang mulanya terputus” (HR. Bukhori)
Silaturrahmi juga fleksibel, tidak melulu diekspresikan dengan salam-salaman atau cipika-cipiki. Abdullah Allahji mendefinisikan silaturrahmi sebagai berikut:
صلة الرحم: هي الإحسان إلى الأقارب
على حسب حال الواصل والموصول، فتارة تكون بالمال، وتارة بالخدمة، وتارة بالزيارة والسّلام.. وغير ذلك.
الكتاب: منتهى السؤل على وسائل الوصول إلى شمائل الرسول
المؤلف: عبد الله بن سعيد بن محمد عبادي اللّحجي
“Silaturrahmi adalah berbuat baik pada kerabat, bisa dalam bentuk berbagi, menolong, berkunjung, bertukar sapa atau lainnya.”
Wallahu a’lam bis showab
Discussion about this post