R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin (yang akrab disapa Kiai Muhammad) adalah ulama karismatik asal Pamekasan Madura yang memiliki pemikiran maju (progresif) untuk membangun peradaban Islam, terutama melalui pendidikan. Hal ini setidaknya dilihat dari kiprah dan terobosan beliau dalam mengembangkan dan memajukan Pondok Pesantren Banyuanyar sekitar empat puluh tahun lamanya (1980-2021).
Pintu masuk pembaruan Kiai Muhammad dalam mengembangkan dan memajukan Pesantren Banyuanyar adalah penyatuan ilmu agama dan ilmu umum. Dalam hal ini, ketika sebagian ulama membuat dikotomi antara ilmu agama (yang dianggap lahir dari Islam) dengan ilmu umum (yang dianggap lahir dari Barat sehingga tidak boleh diajarkan di pesantren), maka Kiai Muhammad menawarkan hal sebaliknya, yaitu menyatukan ilmu agama dan ilmu umum. Sebab, menurut beliau, ilmu agama dan ilmu umum adalah sama-sama berasal dari Allah dan sama-sama penting bagi kehidupan umat manusia. Keduanya saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain karena ilmu agama masih membutuhkan ilmu umum dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, beliau menegaskan tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum.
Pemikiran cemerlang dan progresif Kiai Muhammad tersebut kemudian diejawantahkan dengan mendirikan lembaga pendidikan formal berupa Madrasah Tsanawiyah (MTS) di Pondok Pesantren Banyuanyar. Menurut K.H. Abdul Ghofur (Pengasuh Pondok Pesantren al-Mujtama’ Plakpak), sejak Pondok Pesantren Banyuanyar pertama berdiri sekitar tahun 1787 (di bawah pimpinan K. Itsbat bin Ishaq) hingga tahun 1980 (di bawah pimpinan R.K.H. Abdul Hamid Baqir) masih belum memiliki madrasah formal. Sebab, para kiai sepuh Pondok Pesantren Banyuanyar memang belum mengizinkan mendirikan madrasah formal. Akhirnya, Kiai Muhammad mendirikan madrasah formal pertama kali di Pondok Pesantren Banyuanyar berupa Madrasah Tsanawiyah.
K.H. Abdul Ghofur menjelaskan bahwa ketika R.K.H. Abdul Hamid Baqir (Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar ke-V sekaligus mertua Kiai Muhammad yang sedang mengasuh Pesantren An-Nur di Kalibaru Banyuwangi) mengetahui Kiai Muhammad mendirikan madrasah formal di Pondok Pesantren Banyuanyar, maka beliau tidak pernah melarang pendirian madrasah formal tersebut dan juga tidak pernah memerintahkannya. Namun, belakangan R.K.H. Abdul Hamid Baqir mendukung penuh pendirian madrasah formal asalkan dikelola dengan baik dan tidak setengah-setengah.
Lembaga Pendidikan Islam Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar
Penulis memahami bahwa konsep pembaruan R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin tersebut berpijak kepada kaidah al-muḥâfaẓah ‘alâ al-qadîm aṣ-ṣâliḥ wa al-akhżu bi al-jadîd al-aṣlaḥ (memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik). Selain itu, pembaruan yang dilakukan oleh Kiai Muhammad menunjukkan bahwa beliau adalah sosok ulama yang melek kondisi atau ‘ârifan bi zamânihî (mengerti sekaligus memiliki kesadaran terhadap kondisi dan masa yang sedang dihadapi). Dalam hal ini, Suhuf Nabi Ibrahim as. menyebutkan, yanbagî li al-‘âqili an yakûna ḥâfiẓan li lisânihî ‘ârifan bi zamânihî muqbilan ‘alâ sya’nihî (patut bagi orang yang berakal untuk menjaga lisannya, mengerti kondisi dan masa[yang sedang dihadapi]nya, dan bertanggungjawab terhadap urusannya).
Pernyataan penulis tersebut berdasarkan beberapa alasan. Pertama, Kiai Muhammad semakin memantapkan pembaruannya di Pondok Pesantren Banyuanyar dengan mendirikan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum sekitar tahun 1985. Menurut Kiai Muhammad, LPI Darul Ulum ini adalah lembaga di dalam Pondok Pesantren Banyuanyar. Darul Ulum menjadi nama resmi lembaga (baik formal maupun non formal) dan unit-unit yang dikembangkan di Pondok Pesantren Banyuanyar. Melalui Darul Ulum ini, Kiai Muhammad mengembangkan Pondok Pesantren Banyuanyar dengan mendirikan beberapa pendikan formal dan non formal.
Beberapa pendidikan formal di Pondok Pesantren Banyuanyar adalah: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudhatul Athfal (RA), Madrasayah Diniyah (MADIN) Ula dan Wustha, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Program Khusus dan Umum, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahfidz, Madrasah Aliyah (MA) Program IPA, IPS, Bahasa, Sekolah Menengah Atas (SMA) Al-Itsbatiyah, Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahfidz Program IPA, IPS, Bahasa, dan Takhassus Lihifdzil Qur’an, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP), Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), Jurusan Perbankan Syariah (PBS), Jurusan Agro Tanaman Pangan Holtikultura (ATPH), dan Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Arab (STIBA) Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.
Adapun beberapa pendidikan non formal di Pondok Pesantren Banyuanyar adalah: Markaz Dirozah Qur’aniyyah (MDQ), Halaqah li- Tarbiyatil Qur’an (HTQ), Pendalaman Kitab Klasik, Markazul Lugghah Al-Arabiyyah (MLA), Banyuanyar English Centre (BEC), Banyuanyar English Branch (BEB), Pengembangan Bakat dan Seni (seperti Kursus Qiraah, Kaligrafi, Bela Diri COBRA, Istiqomah FM Banyuanyar, KSB, Teater KERTAS), Lembaga Pelatihan Komputer/Internet (DUBACOM), Kursus Elektronik, Lembaga Kepenulisan (Majalah Al-Ikhwan Banyuanyar, FLP Ranting Banyuanyar, Azzam), Gerakan Pramuka Islamiyah “Darul Ulum” Gudep 963, I’dad al-Mu’allimin, Tarbiyah al-Mubtadiin, Gerakan Seribu Bait, Markaz Dirasah Fiqhiyyah, Markaz Falaq Banyuanyar, Markaz Dirasah Hadis, Pusat Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an, dan Markaz MIPA.
Selain mengembangkan lembaga pendidikan formal dan non formal tersebut, Kiai Muhammad―melalui LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar―juga mengembangkan beberapa unit usaha di bidang perekonomian (seperti koperasi, BMT, dan swalayan), jasa, pertanian, peternakan, dan bidang-bidang lainnya. Makanya, tidak heran jika jiwa dan semangat pembaruan Kiai Muhammad tersebut diabadikan dalam lambang LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar, yaitu: LINGKARAN HIJAU BERTULISKAN “LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DARUL ULUM BANYUANYAR”, yang melambangkan kesemangatan dan perkembangan. Artinya, melalui lambang ini, Kiai Muhammad menegaskan bahwa LPI Darul Ulum Banyuanyar merupakan pendidikan Islam yang dijiwai oleh semangat dalam perkembangan.
Namun demikian, Kiai Muhammad tetap melestarikan beberapa tradisi lama yang ada di Pondok Pesantren Banyuanyar, seperti ‘ubûdiyyah (seperti setiap santri wajib melaksanakan salat fardu berjemaah di masjid, mengikuti zikir bersama dan pembacaan surat-surat wiridan setelah berjemaah, berpakaian rapi/lengan panjang ketika salat berjemaah, dan lainnya) dan ta‘lîmiyyah (seperti setiap santri wajib mengikuti sorogan Al-Qur’an sesuai tingkatan masing-masing, mengikuti kajian kitab-kitab kuning pada pagi hari, bakda salat Zuhur, bakda salat Asar, bakda salat Magrib, dan bakda salat Isya sesuai tingkatan masing-masing). Menurut R.K.H. Abdul Hamid Baqir (Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar ke-V), istikamah salat lima waktu berjemaah, istikamah mengikuti kajian-kajian yang ada di Banyuanyar, dan istikamah ke congkop Banyuanyar adalah tiga tirakat santri Banyuanyar.
Di sisi lain, meskipun Kiai Muhammad melakukan pembaruan dengan menyatukan ilmu agama dan ilmu umum di LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar, tetapi beliau lebih menekankan pengajaran ilmu agama dan akhlak kepada para santri Pondok Pesantren Banyuanyar. Oleh karena itu, visi LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar adalah: “Lahirnya generasi Muslim berakhlaqul karimah, berilmu amaliyah dan beramal ilmiah”. Hal ini menegaskan bahwa Kiai Muhammad tetap melestarikan dan berpijak kepada pesan kiai sepuh Pondok Pesantren Banyuanyar dalam mengembangkan dan memajukan LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar. Pesan kiai sepuh yang menjadi motto Pondok Pesantren Banyuanyar tersebut termaktub indah di dinding masjid Pondok Pesantren Banyuanyar, yaitu: “Tadha’ kabhûngâ’an angéng élmo sé manfaat sareng tâkô’ dha’ Allâh Ta‘âlâ karana gapanékah sé dhaddî kaontôngan ban kamoljâ’an dunnyâ akhérat” (Tidak ada kebahagiaan kecuali ilmu yang bermanfaat dan takwa kepada Allah Ta‘ala, karena hal itu yang akan menyebabkan kesuksesan dan kemuliaan di dunia dan akhirat).
Kedua, Kiai Muhammad melakukan pembaruan di bidang infrastruktur LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar, seperti masjid, asrama santri, gedung madrasah, kantor pesantren, aula pesantren, markas belajar bahasa Arab dan Inggris, halaqah tarbiyah Al-Qur’an, laboratorium komputer, laboratorium bahasa dan IPA, koperasi pesantren, balai pengobatan santri dan masyarakat, lapangan olahraga, perpustakaan, dan institusi pengembangan kepenulisan dan bakat dan seni.
Namun demikian, Kiai Muhammad tetap melestarikan beberapa bangunan peninggalan pengasuh sebelumnya yang masih berdiri kokoh di Pondok Pesantren Banyuanyar, seperti masjid dan beberapa asrama santri. Ketika Kiai Muhammad merenovasi masjid Pondok Pesantren Banyuanyar, misalnya, beliau tetap melestarikan bangunan utama masjid yang dibangun oleh pengasuh sebelumnya. Beliau membangun gedung masjid baru sebanyak tiga lantai di sebelah bangunan masjid yang lama. Begitu pula ketika merenovasi asrama santri di mana beliau tetap melestarikan beberapa asrama santri peninggalan pengasuh sebelumnya yang masih kokoh. Kombinasi antara bangunan masjid dan asrama santri yang lama dengan bangunan baru yang tinggi menjulang ini bisa dilihat secara indah di LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar.
Ketiga, R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin membina para alumni LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar secara baik dan telaten, baik yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB) maupun yang tergabung dalam Persatuan Alumni Darul Ulum Banyuanyar (PERADABAN). Sehinggga mereka bisa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekaligus membantu mengembangkan dan memajukan LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar. Menurut Abdurrahman Wahid (Ketua Umum FKMSB Tahun 2020-2022), FKMSB tersebar ke beberapa wilayah, baik di dalam negeri (seperti Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Surabaya, Probolinggo, Jember, Jombang, Malang, Yogyakarta, Jakarta, dan Kalimantan Barat) maupun di luar negeri (seperti Malaysia dan Arab Saudi). Begitu juga dengan PERADABAN yang tersebar ke beberapa wilayah yang ada di bumi Indonesia dan luar negeri.
Para alumni yang tergabung dalam PERADABAN tersebut menjalankan beberapa usaha yang kian hari kian maju, seperti: Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Nuri Jawa Timur (KSPPS NURI JATIM); PT. Nuri Barokah Indonesia (NBI) yang saat ini mengelola Nuri Motor di Palduding, Pegantenan; Kopi Nuri di Sleman, Yogyakarta; Sae Nuri Distribution (Sandis) yang bergerak di bidang distributor Sosro di Pamekasan; Toko Bagus; dan lainnya. Wallâhu A‘lam wa A‘lâ wa Aḥkam…
* Tulisan ini diambil dalam Achmad Baidowi, dkk., Syaikhona: Persembahan Alumni LPI Darul Ulum Pondok Pesantren Banyuanyar, Jakarta: PT. Mukti Lintas Media, 2021.
Sumber Tulisan:
- Achmad Baidowi (ed.), Kalam Hikmah R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin, cet. ke-1, Yogyakarta: SUKA-Press, 2019.
- Buku Santri Lembaga Pendidikan Islam “Darul Ulum” PP. Banyuanyar Pamekasan Madura Jawa Timur Indonesia, 2009.
- Hanif Muslim, “Tiga Tirakat Santri”, dalam https://banyuanyar.net/detail-tiga-tirakat-santri.html, akses 07/14/2021.
- Muḥammad Nawawî al-Jâwî, Qaṭr al-Gaiś fî Syarḥ Masâ’ili Abî al-Laiś, Surabaya: Maktabah al-Hidâyah, t.t.
- “Profil Pondok Pesantren Banyuanyar”, dalam https://banyuanyar.net/banyuanyartv-profil-pondok-pesantren-banyuanyar.html, akses 07/11/2021.
- “POLITIK KH ABD HAMID BAQIR dan Awal Mula Berdirinya Sekolah Formal di Banyuanyar”, dalam https://www.youtube.com/watch?v=ywd39MOHNoA, akses 07/11/2021.
- “Koperasi Syariah Nuri (KSN) Jawa Timur, Lahir dari Alumni, Banyak Torehkan Prestasi”, dalam https://kabarmadura.id/koperasi-syariah-nuri-ksn-jawa-timur-lahir-dari-alumni-banyak-torehkan-prestasi/, akses 07/16/2021.
- “Sekilas Sejarah”, dalam https://nurijatim.com/sekilas-sejarah/, akses 07/16/2021.
- Status Facebook “KSPPS NURI JATIM (31/03/2021)”, dalam https://web.facebook.com/nurijawatimur/, akses 07/16/2021.
Discussion about this post