Sebab Terjadinya Sangkaan
Semua manusia menginginkan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya. Kegelisahan manusia tercipta karena ketidaksiapan menerima takdir dan terlalu cepat menilai sesuatu yang belum terjadi, hingga muncul asumsi atau prasangka. Prasangka didapat dari informasi yang diterima, pengalaman masa lalu, dan proses berpikir mengolah informasi.
Pertanyaannya, sampai sejauh apa kita memahami informasi yang kita terima? Semisal terdapat informasi bahwa orang dengan nada tinggi identik orang yang suka marah. Lantas kita menilai dan berkesimpulan demikian. Lalu menganggap semua orang bernada tinggi itu pemarah. Apakah sekilas informasi tersebut bisa dijadikan pijakan untuk menilai atau hanya bias informasi diri kita tanpa mengikutsertakan aspek kognitif. Penilaian pada segala macam sesuatu dengan tidak melibatkan aspek kognitif, maka ini disebut prasangka atau dalam Islam disebut dzon.
Sebagai umat Islam, kita dilarang untuk berpasangka buruk sebagaimana firman Allah yang tercantum dalam surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Kemudian dalam hadis, Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya:
Jauhilah prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah seburuk-buruknya perkataan”.
Ayat dan hadis diatas menegaskan bahwa prasangka itu perbuatan dosa karena tidak sesuai dengan realita yang kita sangkaan. Pikiran kita menutup semua kebenaran pada objek yang diamati, hanya mengikuti sangkaan hati tanpa dilandasi pikiran jernih. Ketika hanya dilandasi hati dan menutup semua kebenaran dari objek, maka disebut prasangka negatif.
Bahaya Berprasangka
Lalu apa bahayanya jika berprasangka negatif?
1. Hilangnya Toleransi
Prasangka negatif merusak hubungan sosial individu dan kelompok. Hal ini menyebabkan ketegangan, kebencian, dan bahkan kekerasan. Ketika seseorang berprasangka negatif terhadap orang lain, mereka cenderung memperlakukan orang tersebut dengan intoleransi. Karena hanya dilandasi hati yang tidak jernih dalam menilai.
2. Mengurangi rasa percaya
Prasangka negatif mengikis kepercayaan dalam bersosial. Seseorang yang berpasangka negatif akan menarik dari dari interaksi sosial sehat karena merasa berada dalam ancaman yang sebetulnya tidak ada. Ancaman itu hanya ada pada pikirannya sendiri, tidak ada pada realita.
3. Menghancurkan ukhuwah Islamiyah
Didasari atas rasa tidak percaya, maka antar individu akan saling curiga hingga pada ujungnya ukhuwah Islamiyah akan hancur.
Solusi Berbasis Al-Quran
Lalu bagaimana pendekatan dalam Al-Quran untuk mengatasi prasangka?
1. Menanamkan Prasangka Positif (Husnudzon)
Selalu berhusnudzon pada setiap keadaan sangat dianjurkan dalam Islam. Berhusnudzon terjadi ketika sangkaan awal yang ada dipikiran dihubungkan dengan realita dan memasukkan informasi positif yang mungkin terjadi.
Sikap husnudzon membantu kita agar hidup lebih harmonis. Sekalipun kita mengetahui kejelekan dari orang lain, tetap berhusnudzon. Seperti sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ أَحَدَكُمْ مِرْآةُ أَخِيهِ، فَإِنْ رَأَى بِهِ أَذًى فَلْيَمْحُهُ ” رواه البخاري
Yang artinya:
‘Rasulullah Bersabda: Sesungguhnya salah seorang di antara kalian adalah cermin bagi saudaranya, jika ia melihat ada yang tidak baik padanya, maka hendaklah ia menghapusnya.'” (HR. Bukhari)
2. Membangun Kesadaran Diri.
Kesadaran diri ialah lengkah bijak untuk agar tidak terlalu cepat membuat penilaian berdasarkan pengetahuan yang tidak lengkap. Hanya memegang satu pengetahuan dan menutup semua informasi lain, menjadikan kita kurang bijak. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 36 yang artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
3. Mempraktikkan Sikap Empati dan Pengertian
Al-Qur’an mendorong kita untuk berempati dan memahami perasaan orang lain. Dalam surah An-Nisa ayat 36, Allah berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Sikap empati dan pengertian membantu kita melihat dunia dari perspektif orang lain, sehingga mengurangi prasangka.
4. Mendidik dan Menyebarkan Pengetahuan.
Pendidikan adalah kunci untuk mengatasi prasangka. Al-Qur’an sangat menekankan pentingnya mencari ilmu. Dalam surah Al-Mujadilah ayat 11, Allah berfirman,
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dengan pendidikan yang baik, kita dapat meningkatkan pemahaman dan mengurangi prasangka.
Prasangka adalah masalah serius yang dapat merusak tatanan sosial. Prasangka terjadi karena terlalu cepat menilai sesuatu pada pengetahuan yang kurang menyeluruh. Lalu berkesimpulan dengan menutup semua kebenaran pada objek. Al-Qur’an memberikan panduan yang jelas untuk mengatasi prasangka melalui pengajaran nilai-nilai positif, kesadaran diri, empati, dan pendidikan. Dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan penuh pengertian. Mari kita bersama-sama berupaya untuk menjauhi prasangka dan memperlakukan setiap orang dengan keadilan dan rasa hormat.