SUNGKEMKIAI.COM – K.H. Hasyim Asy’ari (10 Februari 1871 – 25 Juli 1947) adalah seorang ulama, tokoh pergerakan, dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Beliaiau dikenal sebagai salah satu pemikir dan pemimpin agama yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia serta pengembangan pendidikan Islam.
Masa Muda dan Pendidikan Awal
K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat. Ayahnya, K.H. Asy’ari, adalah seorang ulama terkemuka dan pendiri Pondok Pesantren Gedang. Keluarga K.H. Hasyim Asy’ari memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman agama dan kecintaan akan Islam dalam dirinya.
Sejak usia muda, K.H. Hasyim Asy’ari telah mendapatkan pendidikan agama di Pondok Pesantren Gedang yang didirikan oleh ayahnya. Di sana, beliau mempelajari Al-Qur’an, tafsir, hadis, fiqh, dan berbagai ilmu agama lainnya. Selain itu, beliau juga belajar dari beberapa ulama terkemuka pada masanya, yang memberikan pengaruh besar dalam pembentukan pemikirannya.
Peran dalam Gerakan Pendidikan Islam
Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Gedang, K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Pesantren ini menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Indonesia dan menjadi landasan bagi perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari dalam memajukan pendidikan Islam yang berkualitas. Pesantren Tebuireng menjadi tempat di mana banyak ulama dan cendekiawan agama berkumpul untuk mendalami ilmu agama dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
K.H. Hasyim Asy’ari secara aktif memperjuangkan pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Beliau berusaha menggabungkan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum, sehingga para santri tidak hanya terampil dalam bidang agama, tetapi juga memiliki pengetahuan yang luas di bidang lain. Selain itu, beliau juga memperjuangkan pendidikan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang kurang mampu.
Aktivisme Sosial dan Politik
K.H. Hasyim Asy’ari terlibat dalam gerakan sosial dan politik pada masa kolonial. Beliau adalah salah satu anggota Sarekat Islam (SI), organisasi pergerakan sosial dan ekonomi terbesar di Indonesia pada masa itu. K.H. Hasyim Asy’ari aktif dalam SI di Jawa Timur dan berjuang untuk keadilan sosial dan kesejahteraan umat Islam.
Selain itu, K.H. Hasyim Asy’ari juga menjadi pejuang kemerdekaan yang gigih melawan penjajahan Belanda. Beliau aktif dalam perjuangan politik dan mendukung gerakan-gerakan nasionalis, termasuk partisipasinya dalam Kongres Pemuda II pada tahun 1928. Beliau menyuarakan aspirasi bangsa Indonesia dan menentang penindasan kolonial.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, K.H. Hasyim Asy’ari menduduki posisi penting dalam pemerintahan Republik Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante dan juga merupakan salah satu pendiri Masyumi, partai politik Islam terbesar pada masa itu. K.H. Hasyim Asy’ari berperan dalam upaya membangun negara yang adil dan berdaulat, dengan mengutamakan prinsip-prinsip Islam yang moderat dan inklusif.
Peran sebagai Ulama dan Pemimpin Agama
K.H. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu pendiri dan pemimpin Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU didirikan pada tahun 1926 dengan tujuan memperkuat kesatuan umat Islam dan memperjuangkan keadilan sosial. K.H. Hasyim Asy’ari memainkan peran kunci dalam membangun struktur organisasi NU yang kuat dan menyatukan berbagai aliran dan mazhab Islam di Indonesia.
Sebagai seorang ulama, K.H. Hasyim Asy’ari menganut pendekatan Islam moderat dan toleran. Beliau mengajarkan ajaran Islam yang damai, menghormati perbedaan, dan mendukung kerukunan antarumat beragama. Pendekatannya yang inklusif dan moderat membuatnya dihormati dan diikuti oleh banyak orang. K.H. Hasyim Asy’ari juga berkontribusi dalam pembentukan negara Pancasila, dengan mempromosikan nilai-nilai keislaman yang sejalan dengan prinsip-prinsip dasar negara.
Warisan dan Penghargaan
K.H. Hasyim Asy’ari meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947, tetapi warisannya terus hidup dalam gerakan NU dan dalam sejarah Indonesia. Pesantren Tebuireng yang didirikannya terus berkembang dan menjadi pusat pendidikan Islam yang berpengaruh. Kontribusinya dalam memperjuangkan pendidikan Islam dan nilai-nilai toleransi masih dihargai dan diapresiasi hingga saat ini.
K.H. Hasyim Asy’ari menerima banyak penghargaan dan pengakuan atas jasanya. Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia sebagai pengakuan atas peran dan pengabdiannya dalam perjuangan kemerdekaan dan pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Nama K.H. Hasyim Asy’ari tetap diabadikan sebagai tokoh inspiratif dalam sejarah Indonesia, dengan banyak institusi, jalan, dan bangunan yang dinamakan sesuai dengan namanya sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan akan jasa-jasanya.
Comments 1