Al Kaafi fii Tafsiri Surah Al Kahfi ini merupakan salah satu kitab tafsir kontemporer yang ditulis oleh KH. Thoha Muntaha bin KH. Abdul Mannan, pengasuh BPUI (Balai Pendidikan Utama Islam) Minhajut Thullab Krikilan, Glenmore, Banyuwangi dan Ponpes Minhajut Thullab cabang Way Jepara, Lampung. Tafsir surah Al Kahfi yang ditulis oleh putra dari KH. Abdul Manan Sumberberas, Muncar, Banyuwangi yang masih cucu dari KH. Abdul Basyar Jalen / Guru Syaikona Kholil Bangkalan memiliki corak penafsiran yang kompeherensif berbasis Sains. Dari keseluruhan kitab tafsir ini yang berjumlah 413 halaman, terdapat satu pasal menarik yang membahas tentang konsep rumah ideal dan hal tersebut telah dicontohkan dalam gua yang dihuni oleh para “Ashabul Kahfi”.
Dalam menafsirkan QS. Al – Kahfi ayat 17, Kiai Thoha membagi sub bab pembahasan tersebut menjadi dua, yakni pasal tentang matahari dan pasal tentang konsep rumah yang ideal. Di pasal kedua ini Kiai Thoha menjelaskan secara detail demikian :
لتحصيل ضوء الشمس بالشكل الأمثل, يجب عمل فتحات مناسبة تحدد جودة ضوء الشمس الذي يدخل الغرفة
“Untuk mendapatkan sinar matahari secara ideal, maka wajiblah membuat suatu korelasi yang cocok dan mengintegrasikan sinar matahari agar dapat masuk ruangan”.[1]
Kiai Thoha dalam penjelasan lebih lanjut di channel Youtube – nya “Thoha Mannan”, diterangkan secara rinci bahwa rumah yang ideal itu adalah rumah yang di dalamnya dapat dimasuki oleh sinar matahari dari segala penjuru arah. Kemudian beliau meneruskan penjabarannya dalam kitab tafsir ini,
ويجب معرفة أن عدد الإشعاع لكل اتجاه له حجم مختلف
“Dan wajib mengetahui bilangan radius dari beberapa arah berdasarkan perhitungan yang bersifat variatif”[2]
Untuk membuat hunian ideal yang nantinya akan mendapatkan pancaran sinar matahari, diperlukan perhitungan yang akurat agar rumah hunian sehat tersebut tidak gelap di salah satu sisi ruangan. Lalu Kiai Thoha meneruskan penjelasan dalam tafsirnya ini bahwa dari penafsiran ini dapat kita pahami bersama, jika kebanyakan orang memilih membangun rumahnya dengan menghadap ke selatan atau ke utara, karena dari arah tersebut rumahnya akan ideal mendapatkan pancaran sinar matahari. Baik ketika terbit dari arah timur, maupun menjelang terbenam dari arah barat.
Sebagai penutp dalam pasal ini, Kiai Thoha menerangkan bahwa jika sebuah hunian tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup di dalam ruangannya, mungkin bisa dipastikan bahwa rumah tersebut kurang nyaman untuk dihuni. Selain itu dalam channel Youtube beliau yang berisi video interaktif kajian kitab ini, Kiai Thoha menyampaikan bahwa rumah yang ideal adalah rumah yang mendapat pancaran sinar matahari dari sisi kanan dan sisi kirinya.
Melalui kisah “Ashabul Kahfi” inilah kita dapat mengambil i’tibar (pelajaran) yang salah satunya adalah bagaimana menciptakan sebuah hunian yang ideal untuk kita tempati. Wallahu A’lam Bishowwab.
***
[1] KH. Thoha Muntaha Abdul Manan, “Al – Kaafi fii Tafsiri Surah Al – Kahfi”, (Banyuwangi , Pustaka Minhajut Thullab : 2023), hal. 50.
[2] Ibid, 50.
Discussion about this post