Sungkemkiai.com
kirim tulisan
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
No Result
View All Result
Sungkemkiai.com
No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah
Home Kolom

Merindukan Sima’an Al-Qur’an 30 Juz dalam Salat

Fathur Roziqin Oleh Fathur Roziqin
27 Juni 2025
A A
Merindukan Sima'an Al-Qur’an 30 Juz dalam Salat

Ilustrasi: pinterest/islam-today.ru

Setiap datang bulan Ramadhan saya selalu teringat ketika hidup di Pesantren Madinah Munawwarah (PMM) Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah. Suatu pengalaman pertama kali keluar dari rimba kota kelahiran. Saya teringat ketika sima’an Al-Qur’an 30 juz dalam salat; suatu kegiatan Pesantren yang sejuk nan indah serta menentramkan hati yang jadi tradisi tahunan pesantren dalam rangka memeriahkan Ramadhan.

Di pesantren ini para santri dididik menghafal Al-Qur’an 30 juz selama satu tahun hingga khatam (dan memang wajib khatam dalam tempo satu tahun sesuai program). Selain diajarkan menumbuhkan semangat mencintai Al-Qur’an; juga diajarkan bagaimana membangun kebiasaaan positif secara berulang-ulang—dengan rutin membaca dan menghafal serta mempelajari Al-Qur’an.

Biasanya kitab yang dikaji-pelajari, khusus santri tahfidz, adalah kitab Hamalatul al-Qur’an. Waktu itu saya berangkat ke Pesantren ini pada akhir tahun 2017 dan selesai bulan Februari 2018; yang sebelumnya saya nyantri di pesantren kota kelahiran, Jember. Dan memutuskan pindah ke Pesantren ini untuk memantapkan niat fokus menghafal Al-Qur’an sesuai program yang diberikan.

Tahun 2018 adalah tahun dimana saya merasakan nikmatnya sima’an Al-Qur’an dalam salat selama bulan Ramadhan. Para santri tahfizh diwajibkan mengikuti kegiatan sima’an Al-Qur’an 30 juz dalam Salat. Tujuannya, selain mengharap keberkahan Al-Qur’an dan ridlo Allah, agar mereka terlatih dan membiasakan diri mengingat-ingat hafalannya dalam Salat; dengan cara menyimak bacaan Imam.

Tentu, ini pengalaman pertama selama mondok di Jawa Tengah; yang di pondok tempat kelahiran saya sendiri, biasanya juz amma; surat-surat pendek paling akhir yang dibaca Imam.

Tradisi sima’an Al-Qur’an 30 juz dalam salat sebenarnya sudah ada sejak pesantren ini didirikan dan jadi program rutinitas kegiatan tahunan sebelum dan pasca pesantren ini mencetuskan program unggulan menghafal Al-Qur’an 30 juz, maka lebih semaraklah tradisi sima’an Al-Qur’an dalam salat tersebut. Tradisi yang makin marak tiap tahun Ramadhan ini tidak lepas dari keberadaan tiga program utama pesantren.

Pertama, program utama menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam tempo satu tahun; kedua, program tahfizh klasik yang metode menghafalannya memakai metode kuno atau klasik tanpa tenggat keharusan selesai menghafal dalam waktu cepat; dan ketiga, program khariji.

Program terakhir ini, dikhususkan untuk kalangan masyarakat umum bagi siapapun–tanpa terikat batasan usia–yang hendak belajar Al-Qur’an serta menghafal Al-Qur’an dan berkenan setoran ke pesantren ini (biasanya diikuti masyarakat awan yang hendak belajar Al-Qur’an dari nol hingga bisa membaca).

Karena kami masuk program utama dalam tempo satu tahun, maka kami masuk pada sima’an Al-Qur’an 30 juz dalam dua sesi, yaitu sima’an Al-Qur’an dalam salat Tarawih dan sima’an Al-Qur’an dalam salat Tahajud dan Dhuha, yang wajib diikuti oleh semua santri tahfizh (kecuali santri program khariji).

Pertama, sesi sima’an Al-Qur’an dalam salat tahajud, semua santri tahfizh wajib bangun malam sekitar dua jam sebelum memasuki sahur, yang teknis khataman-sima’annya dibaca per setelah juz; dan, selanjutnya, ketika salat duha berlangsung sebagai melanjutkan bacaan sebelumnya, dan yang jadi imam salat, semua santri tahfidz (sesuai jadwal yang telah ditetapkan ustadz) .

Kedua, sima’an Al-Qur’an 30 juz dalam salat tarawih yang wajib diikuti semua santri: baik santri kuliahan yang belajar kitab maupun santri tahfidz secara keseluruhan–baik santri putra maupun santri putri–yang jadi satu jamaah termasuk masyarakat sekitar pesantren.

Saya salut sekali daya ke-beribadah-an masyarakat sekitar waktu itu; bahwa mereka respect sekali ke santri-santri PMM; bahkan ke pesantren kami yang pada waktu itu sedang pembangunan masjid dan asrama santri.

Mula-mula, pada malam pertama tarawih mungkin terasa agak capek dan setelah kegiatan ini berlangsung setiap malam dan dilakukan secara berulang-ulang kami kira agak mulai terbiasa (untuk tidak mengatakan capek sebenarnya, kecuali guru-guru yang alim-khusyuk itu) dan terasa nikmat sebab yang jadi imam salat adalah para penghafal Al-Qur’an yang suaranya aduhai merdunya.

Guru kami, K. H. Yahya Al-Mutamakkin, kalau sudah jadi Imam salat, satu juz Al-Qur’an mungkin tidak terasa bagi jamaahnya; sebab lantunan ayat Al-Qur’an yang dibawa pasti menukik jantung perasaan jamaah dan terasa enak didengar; terasa ingin selalu menyimak bacaannya.

Sayup-sayup lantunan Al-Qur’an itu begitu menusuk hati meski diri ini berlumuran dosa; dan bergetar hati ketika dibacakannya; seolau-olah kami para jamaah sedang berada di surga.

Mungkin ramadhan hari ini Tuhan membuat saya merindukan sima’an 30 juz itu; Tuhan kini mengizinkan saya untuk menuliskannya, mengabadikannya, mengenangnya sebagai saksi bahwa kami pernah bersujud dihadapan-Nya di bulan penuh mulia: Ramadhan.

Tags: Al-QuranSima'an Al-Qur’an
Fathur Roziqin

Fathur Roziqin

Pegiat Literasi dan Pengulas Buku Bagus. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Postingan Terkait

Ayat-Ayat Ekologi dalam Tafsir Hidayatul Qur’an
Kolom

Ayat-Ayat Ekologi dalam Tafsir Hidayatul Qur’an

27 Juni 2025
Menghapus Stigma Disabilitas dengan al-Qur’an dan Sains
Kolom

Menghapus Stigma Disabilitas dengan al-Qur’an dan Sains

27 Juni 2025
Gairah Menghias Masjid Mengalahkan Kepedulian terhadap Sesama
Kolom

Gairah Menghias Masjid Mengalahkan Kepedulian terhadap Sesama

27 Juni 2025
Muat Lebih Banyak

TERBARU

Kiai Hasan Abdillah Banyuwangi

10 Amalan Menyambut Bulan Muharram dalam Karya Kiai Hasan Abdillah Banyuwangi

28 Juni 2025
R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin

R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin, Bapak Pembaruan Banyuanyar yang Arif dan Berkemajuan

26 Juni 2025
Dalil Doa Awal Tahun Hijriyah

Ngaji Dalil Doa Awal Tahun Hijriyah

26 Juni 2025
Ayatullah Sayyid Ali Khamenei

Karamah Hujan Susu dan Karamah Hujan Rudal Balistik

26 Juni 2025
Ayat-Ayat Ekologi dalam Tafsir Hidayatul Qur’an

Ayat-Ayat Ekologi dalam Tafsir Hidayatul Qur’an

27 Juni 2025

PILIHAN EDITOR

Ilustrasi udang tempura

Menikmati Kelezatan Tempura: Rekomendasi Restoran Tempura Terbaik di Tokyo

Oleh Admin
20 Maret 2025

Dari Keindahan Menuju Sublimitas

Dari Keindahan Menuju Sublimitas

Oleh M.S. Arifin
17 Juni 2025

R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin

R.K.H. Muhammad Syamsul Arifin, Bapak Pembaruan Banyuanyar yang Arif dan Berkemajuan

Oleh Nasrullah Ainul Yaqin
26 Juni 2025

Menjadi Guru Pengganti di Tengah Jadwal Kuliah

Menjadi Guru Pengganti di Tengah Jadwal Kuliah

Oleh Cahya Kusumajati
12 Mei 2024

Quotes Cak Nun SUngkem Kiai

Quotes Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) tentang Jodoh

Oleh Redaksi
10 Juli 2023

  • Tentang
  • Kontak
  • Kirim Tulisan
  • Kontributor
  • Pedoman Media Siber

© 2025 sungkemkiai.com - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Kolom
  • Telaah
  • Khazanah
  • Mozaik
  • Syariah
  • Tasawuf
  • Uswah
  • Tokoh
  • Doa
  • Khutbah

© 2025 sungkemkiai.com - All Rights Reserved.