Sungkemkiai.com – Puasa di bulan Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang dilakukan selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, bulan yang memiliki keistimewaan dalam kalender Islam.
Puasa Dzulhijjah terdiri dari puasa sunnah selama 7 hari pertama, kemudian diikuti oleh puasa Tarwiyah pada hari kedelapan, dan puasa Arafah pada hari kesembilan. Puasa Tarwiyah dinamakan demikian karena pada hari itu para jamaah haji minum air zam-zam sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa haus (tarwiyah) sebelum mereka berangkat ke Arafah. Sementara itu, puasa Arafah dinamakan demikian karena pada hari tersebut para jamaah haji berkumpul di padang Arafah untuk berdoa dan bertaubat.
Niat Puasa di Bulan Dzulhijjah
Berikut ini merupakan bacaan niat puasa di bulan Dzulhijjah beserta artinya:
Niat Puasa Sunnah 1 sampai 7 Dzulhijjah
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.
Niat Puasa Sunnah 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.
Niat Puasa Sunnah 9 Dzulhijjah (Hari Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.
Artinya: Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala.
Keutamaan Puasa di Bulan Dzulhijjah
Sebagaimana dikutip dari laman resmi NU Online bahwa Allah SWT memiliki tiga waktu istimewa yang terdiri dari sepuluh hari dalam setiap tahunnya, yang disebut sebagai “stalsta a’syaratin” (sepuluh hari yang tiga). Ketiga periode waktu tersebut adalah 10 hari terakhir bulan Ramadhan (asyrul awakhir min Ramadhan), 10 hari awal bulan Dzulhijjah, dan 10 hari pertama bulan Muharram.
Terdapat banyak hadits yang menggambarkan keistimewaan bulan Dzulhijjah. Bulan ini seharusnya dimanfaatkan oleh umat Muslim untuk meningkatkan ibadah mereka, karena pahala yang dijanjikan oleh Allah SWT sangat luar biasa. Dua hadits berikut dapat menjadi ukuran keistimewaan bulan Dzulhijjah ini.
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: مامن أيام العمل الصالح فيها أحب الى الله عزوجل منه فى هذه الأيام يعنى ايام العشر, قالوا ولاالجهاد فى سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد فى سبيل الله, الا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء
Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata “Tidak ada hari di mana amal shaleh di dalamnya sangat dicintai oleh Allah melebihi 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah. Para sahabat lantas bertanya “apakah amal itu dapat membandingi pahala jihad fi sabilillah?” bahkan amal pada 10 hari Dzulhijjah lebih baik dari pada jihad fi sabilillah kecuali jihadnya seorang lelaki yang mengorbankan dirinya, hartanya, dan dia kembali tanpa membawa semua itu (juga nyawanya) sehingga ia mati sahid. Tentu yang demikian itu (mati sahid) lebih baik..
عن أبى هريهرة رضي الله عنه, عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ما من ايام احب الى الله تعالى أن يتعبد له فيهن من أيام عشر ذى الحجة, وان صيام يوم يعدل صيام سنة, وقيام ليلة كقيام سنة
Tidak ada hari yang paling disukai oleh Allah swt, dimana Dia disembah pada hari itu kecuali, sepuluh hari bulan Dzulhijjah. Puasa satu hari di dalamnya sama halnya dengan puasa satu tahun. Ibadah, shalat malam sekali pada malamnya seperti sahalat malam selama satu tahun pula.
Dalam sepuluh hari istimewa awal bulan Dzulhijjah, terdapat tiga hari yang sangat istimewa. Tanggal 8 Dzulhijjah disebut sebagai “yaumu tarwiyah“, tanggal 9 Dzulhijjah disebut sebagai “yaumul ‘arafah“, dan tanggal 10 Dzulhijjah disebut sebagai “yaumun nahr“. Meskipun ketiga hari ini memiliki nilai yang sangat istimewa, tujuh hari lainnya juga tetap memiliki keistimewaan karena memiliki sejarah yang luar biasa.
Secara historis, Ibnu Abbas pernah menerangkan bahwa dalam rentangan sejarahnya hari-hari di sepuluh pertama bulan Dzulhijjah ini adalah hari penuh makna karena terjadi berbagai peristiwa besar yang berhubungan pada perubahan kehidupan manusia selanjutnya.
Hari pertama Dzulhijjah merupakan momen di mana Allah SWT memberikan pengampunan kepada Nabi Adam setelah beliau memohon maaf atas kesalahan memakan buah terlarang di surga. Dalam konteks ini, Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa mereka yang berpuasa pada hari pertama bulan Dzulhijjah akan menerima pengampunan dosa-dosa mereka sebagaimana yang diberikan kepada Nabi Adam.
Hari ketiga Dzulhijjahh adalah hari dikabulkannya do’a nabi Zakariya as. untuk kemudian dianugerahi seorang anak yang bernama Yahya.
Adapun hari keempat Dzulhijjah adalah hari kelahiran Nabi Isa as.
Hari kelima Dzulhijjah hari kelahiran Musa as. Hari keenam Dzulhijjah adalah hari-hari kemenangan para Nabi dalam memperjuangkan ajaran tauhid.
Hari ketujuh bulan Dzulhijjah adalah hari ditutupnya pintu neraka Jahannam. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda: Barang siapa berpuasa di hari ke tujuh bulan Dzulhijjah akan ditutup tiga puluh kesulitan dalam hidupnya dan dibuka tiga puluh pitu kemudahan baginya.
Hari kedelapan, yang juga dikenal sebagai hari tarwiyah, memiliki keutamaan yang terkenal di mana mereka yang berpuasa pada hari itu akan menerima pahala yang sangat besar. Besarnya pahala ini hanya diketahui oleh Allah SWT.
Demikian pula, pada hari kesembilan yang disebut sebagai hari tasu’a, orang yang berpuasa pada hari tersebut akan mendapatkan pahala sebanding dengan berpuasa selama enam puluh tahun.
Adapun di hari kesepuluh bulan Dzulhijjah atau yang disebut hari penyembelihan korban (yaumun nahr), berpuasa pada hari itu dilarang bagi siapa pun.