Kitab Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum merupakan salah satu kitab yang menghimpun tuntunan belajar. Nama lengkap penyusunnya adalah Burhanuddin Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Latar belakang kitab ini, Ketika al-Zarnuji melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa itu bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya.
Di antara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan ilmu dan menyebarkannya. Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat, dan tidak mendapat sesuatu yang ia inginkan sedikit ataupun banyak. Maka al-Zarnuji ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah. (Imam al-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim Thariq at-Ta’allum,halaman 57).
Pentingnya Niat
Niat merupakan kekuatan yang mendasar bagi setiap pelajar dalam perjalanan akademik mereka. Hal ini bukan sekadar perasaan atau keinginan, tetapi merupakan landasan moral dan motivasi yang kuat yang mendorong mereka untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan.
Setiap orang menginginkan kesuksesan dalam menggapai kehidupan. Salah satu prosesnya yaitu belajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan niat belajar yang baik agar mendapat manfaat dan barokah. Karena niat merupakan pokok dalam setiap perkara yang kita lakukan. Rasulullah SAW bersabda:
ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح
Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda Nabi Saw. : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih
Melakukan perbuatan dunia apabila dengan niat yang baik, maka bisa tegolong amal akhirat. Namun sebaliknya, amal akhirat jika melakukannya dengan niat yang buruk, maka bisa tergolong amal dunia. Apakah disini teman-teman sudah berniat yang baik sebelum belajar?
Niat Baik atau Buruk?
Di waktu belajar hendaklah seorang pencari ilmu itu hanya berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan Islam sebab kelanggengan Islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud, taqwa, dan sholeh saja akan rusak tanpa adanya ilmu.
Seperti digambarkan bahwa fitnah di dunia ini ada dua, yaitu orang alim yang merusak dan orang bodoh yang ahli ibadah. Sehingga seimbang dan tidak bisa dipisahkan antara ilmu dan agama. Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar tidak hanya diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain. Apakah niat teman-teman sudah benar?
Pantangan Ahli Ilmu
Orang berilmu alangkah baiknya tidak membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia harus berbuat tawadu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), mempunyai tatakrama yang baik dan tidak terlalu silau dengan nafsu dunia.
Sehingga alangkah lebih baiknya seorang pelajar dalam menuntut ilmu selalu menjaga diri dari hal-hal yang dapat menghinakan dan menjerumuskan agar ilmu yang didapat dapat bermanfaat di dunia dan akhirat. Mari teman-teman perbaiki niat kita yang mungkin masih belum sesuai agar mendapat kebaikan-kebaikan dalam kehidupan.