Sosok yang digandrungi banyak umat. Dirindukan dan mendapatkan posisi sendiri di hati semua kalangan. Sudah empat belas tahun Gus Dur (wafat 30 Desember 2009) meninggalkan kita. Meskipun begitu, beliau mewariskan banyak hal bagi kita. Mulai dari gagasannya, rekam jejak hidupnya hingga guyon khasnya tetap abadi di mana-mana. Di mana-mana banyak kita temukan ungkapan beliau, sketsa, di kaos-kaos atau lukiskan pada dinding.
Rasa cintanya terhadap manususia beliau buktikan dalam tindakannya. Tak peduli siapapun itu, dari kalangan manapun, bahkan agamanya apa. Cinta kasihnya melintasi sekat. Itulah kenapa beliau sangat digandrungi oleh siapa saja tanpa kecuali. Bagi Gus Dur, semua manusia adalah sama, tak peduli dari mana asal-usulnya, apa jenis kelamin mereka, warna kulit mereka, suku mereka, ras dan kebangsaan mereka. Yang Gus Dur lihat adalah bahwa mereka manusia seperti dirinya dan yang lain (Husein Muhammad: 55).
Kalau ditanya dari mana asal muasal rasa kagum itu sebenarnya ya tumbuh begitu saja. Tidak tahu kenapa kok saya bisa kagum kepada sosok legendaris Presiden ke-4 ini. Pikir saya, bahwa sekian banyak orang-orang yang menaruh kekaguman pada sosok ini. Tebukti banyak karya tulis berbentuk buku yang mengulas beliau.
Kami rindu sampeyan Gus Dur. Di saat rentan sekali orang-orang bertindak kekerasan atas nama agama lalu mengecam, mencaci, mereka yang di seberang hanya karena beda pandangan. Padahal kata sampeyan Gus: “agama dilahirkan untuk perdamaian bukan kekerasan”. Selaras dengan apa yang termaktub dalam kitab suci al-Quran bahwa agama Islam sebagai rahmat untuk semesta alam. Jika demikian maka kasih sayang mestinya melintasi sekat perbedaan suku, ras, hingga agamama pun sebab keberadaan agama itu sebagai rahmat bagi semesta alam. Hari ini banyak sekali orang-orang bahkan kelompok yang bersikap justru tidak sebagaimana tujuan asal agama itu diturunkan (misi damai) alih-alih bertindak kekerasan.
Di dalam politik, sampeyan Gus juga mengajarkan sesuatu yang sangat bernilai. Pada ketika sampeyan hendak dilengserkan dari kursi presiden, sampeyan sama sekali tidak melakulan perlawanan demi mempertahankan posisi kekuasaan itu. Padahal jika mau, hal itu bukan perkara yang sulit. Bagi sampeyan Gus tidak ada yang perlu dipertahankan mati-matian. Atau di masa banyak politikus bersikap sekehendak dirinya sendiri demi keinginan jabatan politik bahkan menyerang siapapun itu baik lawan atau kawan, kita ingat dengan pesan yang tidak asing lagi: “yang lebih penting dari pada politik adalah kemanusiaan.”
Ya. Politik cenderung menyasar membabi-buta tidak melihat kawan atau lawan. Sisi lain yang lebih penting dari pada itu adalah nilai kemanusiaan itu sendiri sebagaimana kata Gus Dur. Memang, Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang getol menyuarakan kemanusiaan. Itulah yang kita lihat dalam banyak pemikiran dan perilakunya. Hingga sebelum wafat beliau berpesan agar pada nisannya ditulis “di sini berbaring pejuang kemanusiaan”. Kami rindu sampeyan Gus.
Discussion about this post