Seorang wanita yang masuk generasi millenial adalah mereka yang lahir di antara tahun 1980 hingga tahun 2000-an, atau yang dikenal dengan masa sekarang. Mereka wanita yang mengalami perkembangan zaman di mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Tentu dari pola pikir, gaya hidup, cara bersosial dengan teman dan masyarakat sudah berbeda jika dibandingkan dengan wanita yang hidup pada zaman dahulu. Wanita millenial cenderung memiliki sifat:
1. Mandiri
Dalam artian mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, baik dalam penghasilan rumah tangga dan pekerjaan. Bahkan yang menjadi permasalahan saat ini seorang wanita tidak memerlukan bantuan orang lain, kerabat, atau bahkan ia dapat saja menolak keberadaan suami. Ini bukan sifat wanita millenial yang dapat ditiru dan tidak bisa mencerminkan menjadi mar’atus sholihah.
Maka dari itu, sifat mandiri yang dimaksud dalam Islam adalah wanita yang mengerti tentang tanggung jawab, di lingkungan keluarga, kerabat, masyarakat dan lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa wanita bukan manusia yang lemah, tetapi dapat sejajar dan bertanggung jawab sesuai tanggung jawab yang dia miliki.
Hak dan kewajiban seseorang manusia tentu sudah dibagi kadar kemampuan yang dimilikinya, gambaran ini dalam surat al-Mukminun ayat 62 Allah SWT berfirman:
وَلَا نُكَلِّفُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ وَلَدَيۡنَا كِتَٰبٞ يَنطِقُ بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ ٦٢
Artinya: “Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupanya, dan pada sisi kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya”.
Ayat diatas juga di perkuat dengan surat Al- Mudatstsir ayat 38 Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا كَسَبَتۡ رَهِينَةٌ ٣٨
Artinya: “Tiap-tiap dari bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya”.
2. Mampu beradaptasi dengan teknologi
Bisa beradaptasi mampu menggunakan teknologi dengan baik dan dapat memudahkan pekerjaan sehari-hari seperti berkarya, mengurus anak, bekerja, dan beraktivitas yang lain.
3. Bersifat fleksibel
Fleksibel di sini digambarkan sebagai sesuatu yang luwes, dapat menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan dimanapun. Keluwesan ini di praktekkan oleh banyak wanita millenial dengan tidak menciptakan batasan dalam dirinya. Artinya dia tidak mau membuat batas sampai dimana dirinya, sepanjang ia mampu maka ia terus bergerak menuju untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Dengan berbagai kriteria di atas bisakah seorang wanita millenial menjadi mar’atus sholihah?
Tentu saja bisa. Sebagai seorang muslimah kita harus mengetahui posisi diri kita bagaimana, biasanya wanita millenial lebih memikirkan karir. Boleh menjadi wanita karir asalkan dia paham dengan ilmu agama. Jadi harus seimbang karena punya ilmu tapi tidak memiliki agama yang kuat maka dia akan lemah dan tidak ada gunanya.
Jika seorang muslimah ataupun wanita karir yang memiliki ilmu agama maka dalam setiap tindakan dia akan berhati-hati, jika wanita belum berkeluarga ketika akan berkarir maka harus mendapatkan ridho dari kedua orang tuanya, begitu juga ketika sudah menikah, ketika hendak berkarir maka harus:
- Mendapat izin dan ridho dari suaminya.
- Kerjaannya Halal
- Ditempat yang terhormat
- Tidak menghilangkan kewajiban asasnya yaitu mengurus anak dan suaminya.
- Paling penting tidak boleh menjadi sombong. Biasanya seorang wanita jika punya kelebihan dia menjadi sombong, merasa dirinya lebih hebat dan lebih fatalnya lagi sampai memita perceraian. Karena kebanyakan survey membuktikan kasus janda itu lebih banyak dimiliki oleh wanita yang berkarir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Islam tidak melarang wanita untuk berkarir, bekerja dan berkarya. Islam memperbolehkan dan wanita karir bisa menjadi mar’atus sholihah jika mendapat ridho dari suaminya, dan tidak mengabaikan tugas-tugas pokoknya yang menjadi fitroh untuknya yaitu mengurus anak, suami dan keluarganya.