“Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang kita capai, melainkan cara hidup yang kita jalani.”
—Kareem Esmail
Ternyata bahagia itu ada seninya. Seni kebahagiaan itu berkaitan dengan bagaimana cara kita menjalani kehidupan. Itu bergantung juga pada sejauh mana pengetahuan kita tentang emosi dan bagaimana mengelola emosi itu sebaik dan setepat mungkin dalam mengontrol api kemarahan diri yang sewaktu-waktu mungkin saja akan berkobar melahap apa saja. Dan kebahagiaan manusia itu dapat diukur sejauh mana dia mampu menghadapi dan memahami serta mengelola emosi positif dan negatif tersebut.
Kali ini kita akan membincang buku Rehat Mental: Seni mengistirahatkan Emosi untuk Setiap Jiwa yang Lelah. Ditulis oleh Karem Esmail. Seorang motivator pendidikan dan seorang pelatih bersertifikat Internastional Coach Federation bergelar ACC.
Secara garis besar buku Rehat Mental terbagi ke dalam empat bagian dan setiap bagian menawarkan perspektif penting dalam rangka memelihara kesehatan mental dan menyemai kebahagiaan setiap jiwa yang pernah lelah.
Pada bagian pertama buku ini membicarakan sesuatu yang menyertai kebahagiaan. Apa saja sesuatu yang menyertai kebahagiaan tersebut?
Penulis buku memaparkan bahwa kebahagiaan erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini oleh setiap orang terhadap apa-apa yang dianggap penting (seperti uang, media sosial, dst) atau tidak penting sama sekali. Sesuatu yang dianggap penting itu akan berpengaruh terhadap kualitas kebahagiaan manusia bersangkutan dalam menjalani kehidupan.
Sebaliknya, sesuatu yang dianggap tidak penting itu juga berpengaruh terhadap stamina penumbuhan kebahagiaannya. Karena itu, penting kiranya mengelola anggapan-anggapan itu agar tidak terjerumus dalam pengaruh berlebihan terhadap kebahagiaan semu.
Seseorang memutuskan bahwa pada pukul sekian dia akan melakukan aktifitas—misalnya membaca buku atau berselancar di media sosial—dan dia menikmati kegiataan tersebut. Dengan kadar waktu yang telah ditentukan dia merasa bahwa aktifitas kegiatan tersebut memberi kebahagiaan meskipun dirasakan hanya sesaat misalnya.
Nah, kesadaran melakukan aktifitas tersebut jika dilakukan secara beraturan itulah yang memengaruhi kebahagiaan. Itu menunjukkan bahwa kebahagaian membutuhkan pengampilan keputusan dan tindakan yang disadari setiap hari.
Masalahnya ialah ketika melakukan sesuatu secara tidak sadar dan ketidaksadaran tersebut ternyata mengakibatkan dampak serius pada kualitas kebahagiaan kita. (Misalnya pemakaian media sosial secara berlebihan). Akibatnya ketidaksadaran tentang pilihan tersebut justru menjerumuskan kita pada kebahagiaan semu. Karena itu, kata penulis buku dalam moto buku ini mengatakan bahwa kebahagiaan adalah pilihan yang kita buat setiap hari.
Anda tahu, membaca buku dan berselancar di media sosial akan berdampat pada cara kita memahami seni kebahagiaan dalam diri kita sendiri. Mungkin anda bisa berjam-jam membaca buku—dengan demikian anda merasa berbahagiaan.
Tapi bagaimana misalnya jika aktifitas membaca buku itu kita alihkan wahananya pada berselancar di media sosial atau di internet membaca artikel tak penting? Kita tahu apa yang kita rasakan terhadap pengambilan keputusan aktifitas tersebut.
Sementara pada bagian kedua dan ketiga buku ini membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan perasaan positif dan negatif dalam upaya memelihara kontinuitas kebahagiaan. Ini penting dibicarakan dan dipaparkan oleh penulis; bahwa kendati setiap pengalaman seseorang ada berbeda dalam mengungkapkan perasaan—entah kebahagiaan atau sebaliknya, kecemasan—yang mengendap dan sulit diucapkan bahasa apa yang tepat dalam menggambarkan perasaan tidak jelas tersebut.
Misalnya saja seperti contoh diawal; bahwa memutuskan dengan sadar aktifitas apa yan tepat yang dapat memengaruhi kebahagiaan tersebut.
Anggaplah membaca buku tertentu (misalnya buku filsafat atau buku sastra pemenang hadiah nobel) bagi saya adalah sesuatu yang mengertai kebahagiaan dalam hidup. Tapi betapa sulit bagi orang lain merasakan kebahagiaan memahami satu buku yang dianggap berat tersebut. Namun tidak sama sekali bagi saya. Justru buku bermutu tersebut sangat bergizi dalam merawat cara berpikir saya dan juga kebahagiaan saya ketika aktifitas tersebut saya lakukan dengan senang hati dan riang gembira tak tertangguhkan.
Tapi, tidak bagi orang lain yang cenderung anti atau tidak bahagia karena merasa berat terhadap buku-buku pilihan bermutu tersebut. Bukankah aktifitas membaca buku semacam itu adalah bentuk ketersiksaan bagi si dia? Ya… kebahagiaan membaca buku bergizi adalah pilihan yang kita buat setiap hari.
Semakin kita jeli melihat pola yang menumbuhkan kebahagiaan—akan semakin tumbuh subur kebahagiaan tersebut bersemanyam dalam diri seseorang.
Kemudian buku diakhir dengan penutup. Pada bagian akhir penulis buku memberi sepuluh aturan bagaimana menjaga mental supaya tetap berada dalam kondisi sehat dan positif—tentu saja itu akan berimplikasi pada kebahagiaan manusia yang bersangkutan bukan? Kita bisa memahami dan mematuhi aturan saran penulis buku ini.
Bagi saya buku ini hadir pada saat waktu yang tepat; pada saat situasi penting genting ketika anak muda sekarang tidak lagi akrab mengenali diri kemanusiaannya, kian terjerembak dalam kesibukan entah berantah di media sosial, lupa bahwa ada diri yang harus dirawat dan dijaga keseimbangan kebahagiaan dirinya. Membaca buku adalah jalan merawat dan menyemai kebahagian tersebut. []
Data Buku
Judul: Rehat Mental: Seni mengistirahatkan Emosi untuk Setiap Jiwa yang Lelah
Penulis: Kareem Esmail
Penerjemah: Abdul Halim
Cetakan: Pertama, April 2024
ISBN: 978-623-6219-79-9
Penerbit: Qaf