Tulisan ini membahas tentang khasiat surah At-Tawbah (9): 128-129 sebagai sebuah amalan yang disebutkan oleh Syekh Muhammad Nawawī al-Jāwī. Kedua ayat tersebut adalah:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ. فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Maka, jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), ‘Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang Memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.’”
Syekh Nawawī―mengutip pendapat Syekh ‘Abd al-Mu‘ṭī as-Samlāwī―menyebutkan bahwa kedua ayat tersebut merupakan kabar gembira yang agung. Sebab, barang siapa yang istikamah membaca kedua ayat tersebut pada pagi hari dan sore hari, maka ia tidak akan meninggal pada hari itu dan tidak pula pada malam itu. Dalam hal ini, Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa barang siapa yang membaca kedua ayat tersebut setiap hari, maka ia tidak akan meninggal pad hari itu. Jika ia dibaca pada malam hari, maka ia tidak akan meninggal pada malam itu. Dalam praktiknya, ada orang yang saleh membaca kedua ayat tersebut secara istikamah. Waktu itu, dia sedang sakit dan sudah berumur 70 tahun. Dia terus-menerus membaca kedua ayat tersebut secara istikamah sampai berumur 130 tahun. Ketika Allah hendak mencabut nyawanya pada masa itu, maka dia bermimpi Nabi Muhammad saw. seraya bersabda, “Mau sampai kapan kamu melarikan diri dari Kami? Berhentilah membaca kedua ayat itu.” Maka, dia berhenti membaca kedua ayat tersebut dan akhirnya meninggal (Fatḥ aṣ-Ṣamad al-‘Ālim, hlm. 52).
Di sisi lain, Syekh Nawawī menyebutkan karamah seorang ulama dan sufi besar, Syekh Abū Bakar asy-Syiblī, yang mendapatkan penghormatan dan kecupan di bagian keningnya dari Nabi Muhammad saw. karena istikamah membaca kedua ayat tersebut disertai membaca selawat setiap selesai melaksanakan salat wajib. Dalam hal ini, suatu ketika Syekh asy-Syiblī mengunjungi Syekh Ibnu Mujāhid, lalu Syekh Ibnu Mujāhid memeluknya dan mencium keningnya. Ketika ditanya mengapa dia mencium kening Syekh asy-Syiblī, maka Syekh Ibnu Mujāhid berkata, “Aku pernah bermimpi Nabi Muhammad saw. Tiba-tiba asy-Syiblī datang. Maka, Nabi Muhammad saw. berdiri karena menyambut kedatangan asy-Syiblī dan kemudian mencium keningnya. Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw., ‘Ya Rasulullah, engkau melakukan hal ini kepada asy-Syiblī?’ Beliau menjawab ‘iya’ sembari menjelaskan alasan beliau melakukan hal itu, yaitu karena asy-Syiblī istikamah membaca surah At-Tawbah (9): 128-129 dan selawat setiap selesai melaksanakan salat wajib.” Dalam hal ini, setiap Syekh asy-Syiblī melaksanakan salat wajib, maka beliau membaca ayat:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ. فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ
dan kemudian dilanjutkan dengan membaca selawat “صلى الله عليك يا محمد”/ṣallallāhu ‘alayka ya muḥammad. “Lalu, aku (Ibnu Mujāhid) bertanya kepada asy-Syiblī tentang bacaan yang biasa dia baca setiap habis salat wajib. Maka, dia menyebutkan bacaan seperti yang diutarakan oleh Rasulullah saw. tersebut.” (Naṣā’iḥ al-‘Ibād fī Bayān Alfāẓin Munabbihātin ‘alā al-Isti‘dād li Yawm al-Ma‘ād, hlm. 8). Wallāhu A‘lam wa A‘lā wa Aḥkam…
Discussion about this post