Hari ini persoalan hidup kita tidak hanya menyangkut persoalan dengan Tuhan, persoalan dengan manusia, tetapi juga persoalan dengan jagad raya yang menjadi tempat kita hidup. Kiai Haji Anwar Zahid pernah bersumpah lalu menegaskan, tentang pengrusakan hutan yang bisa dipastikan tidak dilakukan oleh orang hutan, pengrusakan laut bisa dipastikan tidak dilakukan oleh anjing laut, pengrusakan hutan dan laut dilakukan oleh manusia. Ahmed Bassi seorang warga Sudan menulis di Facebook pribadinya “Percayalah! Sesungguhnya penduduk bumi tidak meninggalkan satupun sesuatu yang baik bagi Yakjuj Makjuj untuk dirusak oleh keduanya.” Persoalan ekologi sungguh masalah kita hari ini sebagai manusia yang tingga di muka bumi.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari (oikos) yang berarti rumah tangga, dan (logos) yang berarti ilmu. Ekologi adalah ilmu yang mengkaji seputar lingkungan hidup, Kadang, ekologi sebagai ilmu dianggap sulit dimengerti secara teoretis dan sulit diamalkan secara praktis. Sebagai masyarakat yang beragama, kita miskin dalam pemahaman menyangkut pelestarian lingkungan hidup. Kebijakan negara dan gaya hidup mayoritas rakyatnya sering jauh dari konteks yang ramah lingkungan, atau sering menuju pengrusakan lingkungan hidup.
Seperti aktivitas tambang di Raja Ampat belakangan ini, sebuah kawasan dengan keanekaragama hayati yang termasuk paling tinggi di dunia. Kawasan dengan lebih dari 550 ragam terumbu karang dan lebih dari 1. 400 spesies ikan. Perairan Raja Ampat menjadi rumah bagi kehidupan laut, menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat Papua. Sebagian kawasan yang sangat indah dan kaya itu telah dirusak ekosistemnya oleh PT. Gag Nikel dan PT Anugerah Surya Pratama (ASP) di Pulau Manuran yang mendapatkan izin untuk merusak Raja Ampat. Dalam catatan Greenpeace, sudah lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami di pulau Raja Ampat telah dibabat untuk aktivitas pertambangan. Kerusakan di darat yang akan menular kepada kerusakan di laut karena menumpuknya sedimen di bawah laut dan lalu lalangnya kapal tongkang, yang akan merusak terumbu karang.
Untuk sekadar peduli pada yang sedang terjadi di Raja Ampat dan banyak daerah lainnya di Indonesia, kita seringkali harus mengaku sebagai orang yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Tidak cukup mengaku sebagai orang yang beragama Islam. Padahal, kalau saja kita mau membaca sejarah menjelang tahun dilahirkannya Nabi Muhammad SAW terjadi ragam krisis yang salah satunya adalah krisis ekologi. Seperti adanya larangan dalam Alquran: Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Sebuah teks formal yang menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat di Jazirah Arab yang memiliki kebiasaan membunuh anak karena khawatir akan menderita secara sosial dan ekonomi.
Pada tahun menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW masyarakat Arab sedang juga dilanda krisis ekologis yang kemudian berdampak pada krisis ekonomi. Seperti termaktub dalam kitab Islamiyyah Wal- Jaahiliyyah karya Kiai Haji A. Yasin Asymuni yang menjelaskan: Di masa kecil Nabi Muhammad, masyarakat Quraisy mengalami situasi dan kondisi yang sulit atau masa paceklik yang panjang, pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang menjadi sumber pangan mengalami kerusakan karena ketidaktersediaan air, begitu juga hewan ternak, banyak yang mati. Orang-orang Quraisy kemudian mendatangi Abu Thalib (paman Nabi) agar mau pergi ke Ka’bah dan meminta agar diturunkan hujan. Abu Thalib lantas pergi ke Ka’bah, dengan membawa bayi mungil bernama Muhammad bin Abdullah. Abu Thalib melindungi bayi dari sengatan sinar matahari menggunakan jari-jemarinya. Di dekat Ka’bah, Abu Thalib menempelkan dadanya ke dinding Ka’bah kemudian berdoa:
اِسْقِناَ رَبَّناَ فَقَدْ تَوَسَّلْناَ بِهَذاَلْغُلاَمِ اَلْمُباَرَكِ
Artinya: “Turunkalah hujan kepada kami wahai Tuhan, kami bertawasul kepada-Mu dengan kemulian anak kecil yang diberkahi ini.”
Kota Makkah kemudian diselimuti mendung yang lalu turun hujan, ragam tanaman kembali hidup, hewan ternak kembali sehat. Nabi Muhammad SAW memang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi semesta alam, seperti dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Artinya: “Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat memang berlaku pada semua unsur, situasi dan kondisi, berlaku dalam semua alam, dalam hari-hari di dunia dan hari-hari di akhirat.
Ayat di atas menggunakan terminologi, ‘aalamin. Sebagai masyarakat yang beragama, kemiskinan kita dalam pemahaman menyangkut pelestarian lingkungan hidup disebabkan oleh kurangnya dari proses meresapi dari status Nabi yang diutus dalam rangka menjadi rahmat bagi alam semesta, kurangnya proses meresapi status Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam (Rabb al-‘Aalamin). Alquram memang telah hadir jauh sebelum teori ekologi modern muncul. Term ‘aalamin dalam Alquran kadang bermakna spesies berakal (manusia) dan kadang bermakna seluruh spesies makhluk hidup. Al-‘alamin merupakan jamak dari kata ‘alam yang mempunyai arti nama, dunia, organisme dan spesies. Kata al-‘alamin bermakna banyak organisme yang mencakup organisme biotik, seperti manusia, hewan dan mikroba. Juga mencakup organisme abiotik seperti tumbuh-tumbuhan, mineral, biosfer dan lain-lain.
Nabi Muhammad yang menjadi rahmat bagi organisme biotik dan organisme abiotik juga tampak dari ajarannya, seperti dalam sebuah hadits. Saking seriusnya persoalan ekologi bagi Nabi Muhammad yang memerintahkan, kalau saja hari Jum’at besok terjadi hari kiamat, maka pada hari Kamis, satu hari sebelumnya kita diperintah tetap menanam pohon. Nabi Muhammad SAW bersabda:
اِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.”
Hari ini, bumi semakin panas, perubahan iklim ada di depan mata, udara semakin kotor dan bahaya karena banyak paru-paru dunia dihancurkan di mana-mana, termasuk di Raja Ampat Papua dan banyak daerah lainnya demi nikel, demi kepentingan sesaat manusia, demi kepentingan sekelompok manusia. Sebab itu, membela dan melindungi Raja Ampat dan banyak daerah lainnya yang bentang darat dan lautnya sedang dirusak adalah menjalankan perintah agama. Nabi Muhammad menjadi rahmat seluruh alam semesta, rahmat bagi Raja Ampat.
Discussion about this post