Kerap saya alami setiap kali berencana menulis. Pada satu sisi saya berpikir bahwa saya akan menulis sesuatu dan rencana menulis sesuatu itu akan selesai. Namun sisi pikiran lain mengatakan saya tidak mungkin selesai menulis sesuatu itu, dan akhirnya tulisan itu tidak rampung ditulis-selesaikan. Dalam konteks memahami sisi pikiran itu bisa kita kategorisasi dalam dua kelompok: pikiran positif dan negatif.
Setelah saya telusuri dalam beberapa buku tentang cara kerja pikiran, salah satunya buku, Terapi Berpikir Positif, ditulis Dr. Ibrahim Elfiky, ternyata “keterselesaian” dan “ketidakselesaian” pengalaman kasus menulis saya berkaitan pada apa yang sebelumnya saya pikirkan sepenuhnya. Ya, sepenuhnya terletak pada sistem cara pikiran bekerja, entah positif maupun negatif.
Jika saya berpikir positif bahwa saya menulis sampai selesai, pekerjaan menulis itu akan selesai—dengan sebab akibat melatari pikiran tersebut. Sebaliknya, dengan sebab akibat melatari pikiran itu pula, jika saya berpikir negatif bahwa menulis tidak akan sampai selesai—pekerjaan menulis pun tidak akan selesai.
Sebab akibat apa yang melatari kedua sisi pikiran tersebut? Hal paling menentukan adalah bahan tulisan dan arah pikiran (baca: kelompok pikiran).
Pada kasus menulis pertama ketika saya berpikir positif, meskipun bahan tulisan ala kadarnya, tulisan tersebut rampung dengan sendirinya; dengan sebab akibat mengitari alam bawah sadar saya untuk merampungkan tulisan tersebut. Penting saya catat bagian ini bahwa pikiran positif itu menyebar luas ke segala hal-hal positif, termasuk pencarian bahan tulisan tersebut hingga akhirnya tulisan selesai.
Sementara pada kasus menulis kedua ketika saya berpikir negatif, padahal sebetulnya bahan tulisan sudah cukup kalau hendak ditulis, namun karena pikiran negatif melatari, termasuk malas segera menyelesaikan, maka pikiran negatif pun menyebar luas ke segela sisi negatif, sehingga tulisan pun gagal selesai bahkan perasaan pesimis dan negatif menyebabkan saya menunda pekerjaan menulis dan terlampau menyensor diri ketika menulis.
Pengamatan Pengalaman Menulis
Saya sering mengamati dan mencatat perkembangan proses saya ketika menulis demikian ini; apa saja kekurangan dan faktor-faktor melingkupi permasalahan personal yang terjadi pada saat tulis menulis berlangsung; apa saja kelebihan dan faktor-faktor pendukung ketika saya berhasil menuntaskan rencana menulis itu hingga rampung sesuai rencana.
Selayang pandang kekurangan dan kelebihan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat kasus menulis tersebut mengapa ada yang “selesai” dan “tidak-selesai” adalah sesuai paparan materi di atas; bahwa pikiranlah yang harus kita salahkan dan kita perhatikan ketika hendak atau akan memulai suatu pekerjaan apapun (menulis misalnya).
Meskipun, pada dasarnya, bahan tulisan adalah faktor pendukung-sekaligus-utama mengapa tulisan selesai atau tidak selesai, tapi itu tidak menjamin tulisan bisa selesai sesuai rencana, jika pikiran positif tidak menyertai.
Saya jadi teringat dan baru paham mengapa Virginia Woolf dalam satu wawancaranya mengatakan demikian: “Kata-katalah yang harus disalahkan. Dari semua hal mereka adalah hal terliar, paling bebas, paling tidak bertanggung jawab, paling tidak dapat diajar. Tentu saja kau bisa menanggapkannya dan menyusun mereka dan menempatkan mereka dalam urutan alfabet di dalam kamus-kamus. Akan tetapi kata-kata tidak hidup dalam kamus-kamus, mereka hidup di dalam pikiran.”
Artinya, “mereka (kata-kata) hidup di dalam pikiran”, ini berarti menguatkan atas apa yang saya maksud bahwa pikiranlah yang paling menentu “keterselesaian” atau “ketidakselesaian” aktifitas menulis tersebut. Pikiranlah yang harus disalahkan manakala kita tidak mampu merampungkan rencana menulis tersebut, sebab ia adalah penentu. Pikiran—meminjam bahasa Goenawam Mohamad—adalah lika-liku cerewet; yang harus diikat, meminta segera dituliskan.
Nah, buku Terapi Berpikir Positif merupakan buku wajib dibaca ketika kita hendak mengidentifikasi cara kerja pikiran dan bagaimana pikiran itu kita terapi secara positif dengan melakukan sendiri. Salah satu hal penting dalam buku itu menerangkan tentang pengaruh sistem kerja alam bawah sadar seperti pengalaman menulis saya dimuka.
Lalu bagaimana cara sistem kerja alam bawah sadar tersebut?
Pertama, seperti paparan dimuka, bahwa pikiran itu gampang menyebar luas ke segala sisi, alam bawah sadar mencari dan memberi dan memuat data-data sebelumnya (apa yang kita baca-pikirkan?) berkenaan pikiran itu tersimpan dalam memori kepala kita.
Ini memang sering saya alami ketika sedang memproduksi tulisan, saya mencari data-data apa saja yang kurang untuk saya baca dan saya tambah dalam memperkaya wawasan bahan tulisan tersebut. Inilah peran paling penting mengapa seorang penulis harus memiliki stok bahan bacaan luas dan pikiran positif.
Saya kini tahu proses tersebut bergantung pada sejauh mana “alam bawah sadar” kita berkonsentrasi ke arah mana—ke yang positifkah atau yang negatifkah?
Kedua, alam bawah sadar akan bekerja manakala pikiran mampu menitikberatkan fokus pada konsentrasi. Hal tersebut akan mengantarkan potensi pikiran kita pada konsentrasi penuh yang akan memengaruhi banyak hal: pekerjaan, perasaan, sikap, perilaku dan kepercayaan diri untuk berani mengatakan bahwa tulisan yang telah direncanakan akan rampung sesuai ekspektasi.
Jelas sekali bahwa kasus menulis terkadang bisa rampung dan tidak rampung itu; membawa pada pengaruh perasaan percaya diri, sikap kita terhadap problem yang sedang dihadapi; bahkan ketika saya mengirim tulisan ke media ini pun turut memengaruhi apakah akan dimuat atau tidak; tergantung pada persepsi saya tentang tulisan ini; layak dimuat atau tidakkah? Begitu sistem pikiran bekerja.
Data Buku
Judul: Terapi Berpikir Positif
Penulis: Dr. Ibrahim Elfiky
ISBN: 9786-2362-195-77
Dimensi: 15 x 23 cm
Halaman: 360 hlm/SC/Bookpaper
Bulan Terbit: Mei 2023